Foto: Sultan Sambaliung Datu Amir meninggalkan kantor DPRD Berau, ditemani salah satu Anggota DPRD Berau, Wendi Lie Jaya.

TANJUNG REDEB – Suasana rapat paripurna Pergantian Antar Waktu (PAW), di Ruang Sidang Paripurna DPRD Berau seketika hening. Kala pihak Kesultanan Sambaliung, tiba-tiba meninggalkan ruang rapat di tengah Ketua DPRD Berau Madri Pani membacakan sambutan pembukaan.

Pada Senin (27/6/2023), sekira pukul 11.20 Wita, Sultan Sambaliung Datu Amir, menyampaikan dengan lantang, “terimakasih atas undangannya,” ucapnya sembari meninggalkan ruang sidang.

Saat dikonfirmasi di halaman parkir DPRD Berau, Datu Amir menyatakan dirinya seolah tak dihargai lantaran dalam salam sambutan pembuka kepada tamu undangan, namanya tak disebutkan.

Padahal, menurut dia Kesultanan Sambaliung merupakan kerajaan tertua di Bumi Batiwakkal. Sehingga seharusnya disebutkan lebih pertama daripada kesultanan Gunung Tabur.

“Bapak saya itu sudah memimpin disini jauh sebelum Berau ini ada, hargai lah saya ini,” kata Datu Amir dengan nada tegas.

Ditanya wartawan, bila ada permohonan maaf secara langsung oleh Madri Pani. Datu Amir tegas menyatakan hal tersebut tetap ia terima. Hanya saja kekeliruan Madri tak akan dia lupakan.

“Ia tetap saya terima tapi itu di luar. Karena seolah-olah saya diadu sama Kesultanan Gunung Tabur. Itu tidak baik,” tegas dia lagi.

Sementara itu, Madri Pani, disela sambutannya menyampaikan permohonan maaf secara terbuka. Ia mengakui kekeliruannya dalam memberikan sambutan sebelumnya.

“Ini bukan kesalahan Bupati, wakil ketua, dan tamu lainnya. Ini murni kesalahan saya pribadi,” ujarnya.

Dirinya berjanji bakal berkunjung langsung ke kediaman Sultan Sambaliung selesai rapat paripurna pada hari ini. Sebagai tanda hormatnya kepada Sultan Sambaliung.

“Inshaallah saya akan datang langsung ke rumah beliau. Saya mohon maaf,” ucap Madri dengan penuh sesal. (*)

Reporter: Sulaiman