TANJUNG REDEB – Kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur di Kabupaten Berau menunjukkan tren yang semakin mengkhawatirkan.
Ironisnya, sebagian besar pelaku justru berasal dari lingkungan terdekat korban, seperti keluarga dan kerabat sendiri.
Menanggapi situasi ini, Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Berau, Rabiatul Islamiah, menegaskan pentingnya keterlibatan seluruh elemen masyarakat dalam memperkuat pengawasan terhadap anak-anak, khususnya di lingkungan rumah tangga.
“Kami tidak bisa bekerja sendiri. Pelecehan bisa terjadi di mana saja, di rumah, bahkan di dalam kebun. Yang paling menyedihkan, pelakunya sering kali adalah orang-orang terdekat,” ujarnya, Senin (9/6/2025).
Menurut Rabiatul, berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, mulai dari sosialisasi, pendampingan, hingga pembentukan kelompok perlindungan masyarakat.
Namun, tanpa dukungan dan sinergi dari masyarakat luas, semua itu tidak akan berjalan optimal.
Ia menekankan pentingnya peran keluarga dalam menciptakan sistem pengawasan internal. Anak-anak yang sering beraktivitas di luar rumah hingga larut malam, misalnya, harus mendapat perhatian khusus.
“Kalau anak keluar rumah, pukul 10 malam orang tua sudah seharusnya menghubungi dan memintanya pulang. Jangan biarkan anak-anak berkeliaran tanpa pengawasan,” tegasnya.
Rabiatul juga mengimbau masyarakat agar tidak ragu melapor jika melihat atau mencurigai adanya tindak kekerasan atau pelecehan terhadap anak.
Pemerintah telah menyiagakan Unit Pelaksana Teknis Perlindungan Perempuan dan Anak (UPT PPA), yang siap memberikan pendampingan dan penanganan cepat selama 24 jam.
“Jika ada laporan masuk di malam hari, kami akan langsung menindaklanjuti hari itu juga. Pendampingan akan segera kami berikan,” tambahnya.
DPPKBP3A juga terus mendorong peran aktif kelompok masyarakat seperti Sahabat Perempuan dan Anak, Pelopor dan Pelapor (2P), Perlindungan Anak Terpadu Berbasis Masyarakat (PATBM), serta Forum Anak.
Kelompok-kelompok ini tidak hanya dibentuk, tetapi juga telah dibekali pelatihan agar dapat menjadi ujung tombak dalam mendeteksi dan mencegah kekerasan seksual sejak dini.
“Kelompok-kelompok ini telah kami latih dan perkuat. Harapannya mereka bisa menjadi mata dan telinga kami di tengah masyarakat,” pungkasnya. (*)