TANJUNG REDEB, – Kontribusi perempuan dalam berbagai bidang kini semakin luas. Sebagai perempuan dari daerah, keterbatasan wilayah bukan lagi penghalang untuk berkiprah di level yang lebih tinggi, termasuk di tingkat provinsi.
Salah satunya adalah Syarifatul Syadiah, yang kini duduk di kursi DPRD Kaltim. Sebagai perwakilan rakyat Berau, Ia berupaya bersama-sama mengambil peran di daerah layaknya kaum laki-laki.
Jejak politiknya di Partai Golkar tidak bisa dipandang sebelah mata, mengingat prestasinya yang sudah teruji sebagai anggota DPRD Berau selama dua periode dan menjabat sebagai unsur pimpinan.
“Perempuan harus turun tangan untuk membantu memperbaiki arah pembangunan daerah yang inklusif,” kata Sari kepada awak media berauterkini.co.id baru-baru ini.
Dengan pengalaman lama di parlemen Berau, Syarifatul menegaskan bahwa peran perempuan di berbagai bidang tidak lagi perlu diragukan, baik di legislatif maupun eksekutif, seperti yang dilakukan oleh Sri Juniarsih.
Menurutnya, kepemimpinan bupati perempuan pertama di Berau ini telah membawa banyak perubahan positif, bahkan mengharumkan nama daerah hingga ke tingkat nasional.
“Ibu Sri Juniarsih telah membuktikan kepiawaiannya dalam memimpin. Sudah terbukti perempuan itu juga bisa membawa perubahan yang lebih baik,” ujar Syarifatul.
Secara pribadi, ia memberikan apresiasi atas kiprah pemimpin perempuan di Berau. Menurutnya, selama tiga tahun menjabat, Sri Juniarsih telah banyak berkontribusi terhadap pembangunan Bumi Batiwakkal, dari pengembangan sumber daya manusia hingga infrastruktur daerah.
Bersama pendampingnya, Gamalis, pasangan kepala daerah ini berhasil menjaga stabilitas ekonomi yang terpukul akibat pandemi Covid-19.
Syarifatul mencatat, bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Berau menunjukkan perbaikan yang signifikan pasca pandemi.
“Peran perempuan tidak bisa dipandang sebelah mata. Umi Sri dapat menjawab tantangan zaman,” tutur Sari, yang juga menjabat sebagai Sekretaris DPD II Golkar Berau.
Ia melanjutkan bahwa perempuan kini tak lagi hanya berperan di ranah domestik. Suara kaum wanita yang memahami seluk-beluk dalam rumah tangga perlu disuarakan dan memberikan dampak terhadap kebijakan pembangunan daerah.
“Secara kodrat, perempuan memang harus mengurus rumah tangga. Namun secara politik, hal tersebut harus diterjemahkan dalam kebijakan daerah,” ujarnya.
Sebagai perwakilan perempuan di provinsi, Syarifatul berpesan kepada para perempuan yang terpilih sebagai anggota dewan di Berau untuk aktif menyuarakan aspirasi perempuan dan terjun langsung ke akar rumput. Menurutnya, isu gender kini menjadi hal yang menarik untuk dikembangkan dalam pembahasan peraturan daerah di parlemen.
“Saatnya perempuan di DPRD Berau menggodok perda yang menempatkan perempuan dalam peran penting pembangunan daerah. Isu ini bisa diperjuangkan, semua memiliki hak setara,” tegasnya.
Meskipun hasil Pileg periode 2024/2029 menunjukkan angka keterwakilan perempuan belum mencapai 30 persen dari total jumlah kursi. Tetapi terdapat enam perempuan hebat yang berhasil meraih kursi, diantaranya Oktavia, Srie Yulianawati, Grace, Sri Kumalasari, Elita Herlina, dan Ratna Kalalembang.
Perolehan ini menjadi kabar baik bagi kaum wanita, karena mereka akan menjadi harapan dalam menyuarakan aspirasi kaum ibu di gedung parlemen, terutama terkait isu kesetaraan gender dalam pembangunan daerah.
Syarifatul juga membagikan tips untuk perempuan yang duduk di parlemen agar dapat bersaing dalam menyuarakan aspirasi.
Ia menekankan pentingnya untuk aktif mendengarkan aspirasi dari lembaga swadaya masyarakat (LSM) hingga organisasi perempuan di daerah serta lebih rajin bertemu dengan basis massa agar dapat mengetahui kebutuhan masyarakat secara lebih spesifik.
“Perempuan harus menjadi kunci arah pembangunan daerah,” tutupnya. (*)