BERAU TERKINI – ‘Merayakan Kita’ menjadi pameran seni pertama di Berau yang tampilkan hasil kreasi disabilitas.
Untuk pertama kalinya, Kabupaten Berau menggelar kegiatan seni inklusi bertajuk “Merayakan Kita”.
Rangkaian acara ini mencakup Workshop Lukis Kreatif, Pameran Lukis, dan Dialog Publik yang semuanya berfokus pada peningkatan keterampilan, ruang apresiasi yang setara, serta penguatan suara komunitas seni disabilitas.
Bagi Risna Herjayanti, pendiri komunitas literasi Gerobooks Berau, acara ini bukan sekadar pameran seni atau kegiatan belajar melukis.
Lebih dari itu, ini adalah bentuk nyata dari upaya menciptakan ruang seni yang ramah, adil, dan terbuka untuk semua.
“Merayakan Kita adalah pengingat bahwa semua orang punya hak untuk didengar dan diberi ruang berekspresi. Bukan karena kasihan, tapi karena memang sudah seharusnya. Ini soal keadilan akses dan kesempatan,” ujar Risna Herjayanti pada Berauterkini.co.id

Kegiatan workshop berlangsung sejak 8 Oktober 2025 di Aula Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VI Kalimantan Timur. Para peserta berasal dari SLB Negeri Tanjung Redeb dan beberapa sekolah inklusi, seperti SMA Negeri 2 Berau, SMK Negeri 1 Berau, dan SMK Negeri 2 Berau.
“Mereka dibimbing langsung oleh pengajar seni, Dwi Marda Nosesa, dengan dukungan penuh dari para guru pendamping,” tuturnya.
Hasil karya dari workshop ini akan dipamerkan dalam Pameran Lukis di Atara Studio, Jalan Albina, pada tanggal 11–18 Oktober 2025.
Di pembukaan pameran pada Sabtu, 11 Oktober pukul 16.00 WITA, akan ada sesi spesial bertajuk “Tur Karya Seniman” di mana para seniman disabilitas akan mendampingi langsung pengunjung untuk memperkenalkan karya mereka secara lebih personal dan menyentuh.
Tak hanya berhenti di seni visual, acara ini juga menghadirkan Dialog Publik, forum ini menjadi ruang penting untuk berbagi cerita, tantangan, serta menyuarakan gagasan dari para seniman, pendamping, hingga fasilitator kepada para pengambil kebijakan.

“Karya mereka penting, tapi suara mereka juga tak kalah penting. Harapannya, dari dialog ini muncul kebijakan dan dukungan nyata yang bisa menjaga keberlangsungan ekosistem seni inklusi di Berau,” katanya.
“Merayakan Kita bukan hanya tentang seni, tapi tentang bagaimana kita bisa saling memahami, membuka ruang, dan bergerak bersama. Karena ketika semua orang diberi tempat yang setara, di situlah keberagaman benar-benar dirayakan,” tutupnya.(*)