Foto: Foto drone yang memantau kabut di Berau.

TANJUNG REDEB – Langit Bumi Batiwakkal kembali menguning. Kabut asap sejak Minggu (1/10/2023) kemarin, terpantau kembali menyelimuti Berau. Bahkan terpantau, asap kali ini semakin menebal setelah sebelumnya mereda setelah diguyur hujan selama dua hari berturut.

Forcaster Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Berau, Reygik Riskianera Himawan, menyatakan berdasarkan hasil pantauan citra satelit tanggal 01 Oktober 2023 pukul 17.00 Wita, jarak pandang hanya mencapai 3,5 sampai 7 kilometer.

“Jarak pandang mendatar yang teramati antara 3.5 sampai 7 km.” kata Reygik merespon pesan pribadi awak Berau Terkini, pada Senin (2/10/2023).

Lebih lanjut, dia menerangkan berdasarkan rekapitulasi data hotspot harian tanggal 01 Oktober 2023 tercatat ada 9 titik panas di wilayah Berau dari total 100 titik hotspot di wilayah Kalimantan Timur.

Disinggung pengaruh soal jarak pandang kian menurun terhadap aktivitas Bandara Kalimarau, Teluk Bayur, Reygik menjelaskan bila saat ini bandara tetap melayani penerbangan dan pendaratan pesawat. Meskipun idealnya, di bawah 5 kilometer sudah cukup berpengaruh terhadap operasional penerbangan.

“Masih normal beroperasi mas,” sebut dia.

Dia menegaskan, setiap bandara memiliki ambang batas minimal masing-masing. Terkait aturan operasi bandara bila berkabut. Sehingga jarak pandang saat ini, disebut masih berada di ambang batas aman untuk keperluan operasi pesawat.

“Jadi setiap bandara punya threshold masing-masing,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, Nofian Hidayat, menyatakan bila terdapat beberapa kemungkinan asal kabut yang menyelimuti langit Bumi Batiwakkal tiga hari belakangan ini.

Pertama, akibat dari kebakaran hutan dan lahan. Meskipun intensitas Karhutla saat ini telah menurun, tak menutup kemungkinan asap tetap membumbung ke langit. Serta dampak dari bakaran itu, mineral di dalam bumi yang panas kobaran api, kemudian didinginkan oleh hujan yang mengguyur Berau dalam sepekan belakangan ini.

“Jadi setelah panas yang memuncak, disiram air. Kabut otomatis keluar dari dalam bumi, menuju udara,” ujarnya.

Kemudian, prediksi kedua, terdapat potensi asap karhutla di wilayah tetangga alias Kabupaten Kutai Timur yang diketahui memiliki titik panas yang tinggi. Tertinggi pertama menurut pendataan BMKG Kaltim.

“Ada juga kemungkinan di situ. Memang kemarau yang cukup panjang terjadi kebakaran hutan. Tapi secara nasional potensi itu ada di Kalbar, gak mungkin kirim asap ke Berau ini,” ujar dia.

Dia juga menyebutkan, terdapat potensi penguapan dari batu bara yang telah digali. Baru bara yang telah digali oleh perusahaan kemudian terpapar panas dan terkena hujan. Sehingga asap menguap ke langit.

“Jadi potensi itu juga ada. Kondisi saat ini sudah semakin membaik belum ada potensi ke depan akan bertambah,” ujarnya.

Dirinya pun menghimbau, agar warga secara sadar membawa alat pengaman diri alias APD seperti masker saat beraktivitas di luar ruangan. Sebab, kabut yang ada saat ini tetap memiliki potensi bahaya bagi kesehatan.

“Semoga kondisinya terus membaik, kabut hilang dari langit Berau,” harap Nofian mengakhiri wawancara bersama Berau Terkini. (*)

Reporter: Sulaiman