TANJUNG REDEB – Komoditas kopi kini mulai dilirik Dinas Perkebunan Berau. Industri kreatif di Berau yang kini merebak dengan sajian kopi sebagai identitas, ternyata berimbas pada kepedulian petani untuk mencoba membudidayakan kopi dengan lebih baik.
Analis Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Dinas Perkebunan, Maria Ulfa, mengatakan, kopi liberika diakui mampu tumbuh dengan baik di Berau. Jenis liberika juga memiliki kemampuan untuk beradaptasi di berbagai kondisi lahan. Terlebih, jenis liberika ini bisa hidup di atas lahan gambut. Komoditas kopi liberika dinilai sangat cocok dikembangkan di Berau.
“Selain liberika, dahulu memang ada pemberian bibit kopi robusta untuk kelompok tani di wilayah pesisir, saat ini sudah tidak ada. Tapi kini kopi liberika mulai dikembangkan, saat ini konsentrasinya masih di Kampung Sumber Mulya, Kecamatan Talisayan,” ujarnya, Selasa 5 Oktober 2021.
Bahkan, saat ini sejumlah kelompok tani lain dari Kampung Sambakungan, Kecamatan Gunung Tabur juga tengah melakukan penanaman kopi jenis ini. Maria menyebut, untuk mengembangkan kopi sendiri sebagai salah satu komoditi unggulan di Berau tantangannya sangat besar. Sebab, banyak warga atau kelompok tani masih banyak memilih komoditas sawit. Pasar sawit sendiri saat ini sudah terbentuk sistemnya di Berau.
“Sawit memang sekarang masih jadi unggulan. Kita saat ini selain melakukan pendampingan perlu membuat ekosistem dari kopi ini sendiri, misal pasarnya dan sebagainya,” jelasnya.
Maria mengatakan, kopi liberika bisa tumbuh baik di daerah tropis dataran rendah dengan ketinggian 400-600 meter dari permukaan laut. Meski demikian, liberika tetap bisa tumbuh dan berbuah hingga ketinggian 1.200 meter. Suhu ideal pertumbuhannya ada pada kisaran 27-30 derajat celcius, dengan curah hujan 1.500-2.500 mm per tahun. Tanaman ini bisa tumbuh dengan baik pada lahan yang tersinari matahari secara penuh, ataupun di bawah naungan pohon lain.
Kopi liberika juga memiliki toleransi tinggi pada tanah yang kurang subur. Jenis tanaman ini bisa tumbuh di atas tanah lempung hingga tanah berpasir. Liberika juga tahan terhadap kekeringan maupun cuaca basah.
“Cuaca di Kalimantan, cocok untuk pengembangan kopi jenis ini,” ucapnya.
Selai itu, tantangan lain dari membudidayakan kopi ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Hanya dibutuhkan ketelatenan dari petani. Mulai dari penanaman, perawatannya, hingga pemupukan dilakukan dengan baik dan benar. Tujuannya agar memengaruhi hasil panen. Jika proses ini dilakukan dengan baik, dalam setahun bisa berkali-kali panen.
“Sekarang yang sudah berjalan itu luasan lahannya juga masih minim, di bawah 2 hektare. Dengan ekosistem yang sudah terbentuk, harapannya nanti komoditas kopi Berau bisa jadi unggulan setelah kakao,” tutupnya.(*)
Editor: RJ Palupi