TANJUNNG REDEB – Dua tahun lalu, komunitas seni rupa pertama di Berau dengan nama “Ruang Perupa”, yang digawangi Risna Herjayanti dan Rosyidah berdiri.
Dikisahkan kedua sang pencetus komnitas ini, “Ruang Perupa” hadir berawal dari gerakan Sunday Fun Art hingga menjadi komunitas kesenian perupa pertama di Kabupaten Berau.
“Ruang Perupa” dibentuk sejak tahun 2022 lalu oleh Risna Herjayanti dan Rosyidah. Keduanya memang memiliki ketertarikan dalam dunia seni rupa.
Saat ditemui tim berauterkini.co.id, Aya-panggilan akrab Risna dan Rox-sapaan kental Rosyidah, menceritakan awal mereka membuat komunitas perupa tersebut, berawal ingin membuka kursus melukis dan menggambar.
Tetapi, untuk membuka kursus tersebut mereka masih belum yakin karena takut tidak ada peminatnya. Akhirnya, mereka memutuskan untuk membuat ekosistemnya terlebih dahulu.
“Kita, niat awalnya mau buka kursus, tapi setelah di obrolin lagi, lebih baik kita buat ekosistemnya dulu deh melalui Sunday Fun Art itu,” jelas Aya.
Melalui gerakan Sunday Fun Art itu, mereka mulai mempertemukan dan mengumpulkan orang-orang yang suka menggambar dan melukis.
“Awalnya cuma berdua, setelah itu pertemuan ketiga udah ada enam orang,” timpal Rox.
Dengan rutin mengadakan setiap minggu, akhirnya mereka mulai memikirkan nama untuk kegiatan tersebut agar lebih mudah di kenal orang. Apalagi peminatnya setiap minggu meningkat.
Rox memberikan ide nama yaitu “Ruang Perupa” yang dimana memiliki arti tempat atau wadah bagi orang-orang yang suka menggambar. Sedangkan, Perupa adalah sebutan bagi orang yang menyukai seni rupa.
Walaupun, komunitas Ruang Perupa belum memiliki tempat yang menetap, mereka ingin merangkul teman-teman yang memiliki ketertarikan di bidang seni rupa dan ingin menjadi ruang kolaborasi untuk mengembangkan kesenian di “Bumi Batiwakkal”.
“Saat ini sudah ada kurang lebih 55 orang yang tergabung dalam grup Whatsshap kita,” terang mereka.
Mereka menjelaskan, siapapun boleh berkontribusi di “Ruang Perupa”, karena ternyata banyak sekali orang yang ingin mengekspresikan perasaan mereka melalui lukisan ataupun warna.
“Kita ada dari semua kalangan usia, banyak juga anak SD (sekolah dasar) dan teman-teman yang sudah mengerti dan paham dunia seni rupa. Karena memang kita buat ini sebagai wadah untuk belajar bersama,” ungkapnya.
Diakui keduanya, untuk menumbuhkan pohon yang baik perlu dimulai dari merawat akarnya terlebih dahulu. Namun, berbagai rintangan dan hambatan akan selalu ada. Sama halnya dalam membangun ekosistem pada “Ruang Perupa” Berau.
Banyak teman-teman yang datang dan pergi hal itu membuat tujuan dari “Ruang Perupa” masih sulit dicapai. Perlu adanya konsistensi dan kesadaran yang dimiliki.
“Tujuan dari Ruang Perupa sendiri ini, kita pengen adain pameran, tapi kita sadar untuk mewujudkan itu perlu adanya kerja sama melalui karya dari teman teman. Tapi banyak yang datang dan pergi ada juga yang masih stay,” bebernya.
Mereka berharap, dengan adanya komunitas “Ruang Perupa” ini bisa menjadi wadah pertemuan para seniman hebat dan calon seniman di Kabupaten Berau.
Contohnya, Pak Arif, yang mereka anggap sudah seperti orang tua sendiri yang memiliki banyak sekali karya lukisan yang sangat indah. Karyanya tersebut bisa dijadikan sebuah pameran.
“Beliau merupakan salah satu perupa yang masih terus berkarya, walaupun jarang terekspos. Kami sangat ingin menggelar pameran untuk karya beliau,” hasratnya. (*)