Foto: Kepala Rutan Klas IIB Berau Puang Dirham (tengah).

TANJUNG REDEB – Rumah Tahanan alias Rutan Klas IIB Berau, merupakan bagian dari salah satu pihak yang terimbas pemadaman bergilir di Bumi Batiwakkal.

Instansi vertikal yang masuk dalam objek vital nasional tersebut, kerap dilanda rasa gelisah lantaran saat pemadaman banyak bahaya yang bisa saja mengancam kondusifitas rutan.

Saat ditemui, Kepala Rutan Klas IIB Berau Puang Dirham mengatakan pihaknya memiliki pembangkit listrik mandiri alias genset.

Genset tersebut digunakan untuk menjadi alternatif kala rutan terkena giliran pemadaman. Proses peralihan listrik PLN ke Genset tersebut memakan waktu sekitar 2-3 menit.

Rentang waktu itu terbilang krusial. Sebab, dalam waktu yang sesingkat itu banyak hal yang dapat terjadi. Seperti kerusuhan hingga narapidana yang melarikan diri.

“Ya kemungkinan itu bisa saja terjadi, karena kondisi di dalam rutan gelap total,” kata Puang, saat ditemui awak Berau Terkini.

Dikatakan Puang juga, keberadaan genset tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Sebab, saat penyalaan listrik, tidak semua lokasi dapat diterangi.

Masih terdapat beberapa blok yang hanya disinari penerangan dari lampu sorot di lapangan rutan.

Sehingga, dia menegaskan keberadaan listrik PLN sangat dibutuhkan dalam memastikan penjagaan yang maksimal di objek vital nasional tersebut.

“Kan beda dayanya, antara listrik genset dan PLN langsung,” ujarnya.

Belum lagi kapasitas rutan yang terbilang crowded alias sesak. Dari data yang diterima, Rutan Berau hanya mampu menampung sekitar 130 narapidana. Sementara saat ini, jumlahnya hampir 4 kali lipat. Atau sekitar 620 orang.

Dalam kondisi penerangan yang tak maksimal, pihaknya harus mengaktifkan penjagaan ekstra. Seperti intensitas patroli sipir yang wajib berleliling lokasi rutan.

Ditambah pula dengan berjalannya program pembinaan warga binaan di dalam rutan. Khususnya pada ramadan ini, warga binaan diminta untuk aktif seputar kegiatan spiritual. Mulai dari salat, ngaji, hingga kegiatan keagamaan lainnya.

Yang mana, program tersebut berjalan saat malam hari. Tentu akan berbahaya bagi pengamanan rutan, kala giliran pemadaman didapatkan rutan, kemudian ada oknum napi yang melarikan diri.

“Karena itu program rutin yang wajib bagi warga binaan. Kalau lampu padam, mereka bisa saja melarikan diri,” beber mantan KPLP Lapas Bontang tersebut.

Oleh karena itu, selain pihaknya meminta agar PLN cukup memadamkan listrik pada siang hari saja. Sementara malam, fokus saja untuk diberikan listrik yang stabil demi menjaga keamanan obvitnas tersebut.

Meskipun, dia menyatakan sejauh ini pihak PT PLN UP3 Berau dapat secara kooperatif dalam menjawab keresahan dari pihak Rutan Berau.

Dalam beberapa kasus, seperti terjadi korsleting listrik. Bila dihubungi pihak rutan, maka PT PLN UP3 Berau segera mengirimkan petugas untuk melakukan perbaikan.

“Komunikasi kami sejauh ini baik. Semoga, pemadaman diberikan hanya di siang hari saja, kalau malam tetap nyala,” kata dia.

Sekedar diketahui, melalui pesan berantai yang disebar oleh PT PLN UP3 Berau, pemadaman bakal kembali normal pada 3 April 2023 mendatang.(*)

Reporter: Sulaiman