Reporter : Sulaiman
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Mimpi besar itu akhirnya terwujud, pembangunan RSUD Tanjung Redeb kini sudah lebih dari setengah jalan. Kurun setahun belakangan ini, tahap pertama hampir rampung dipenghujung  2024.

Dibalik usaha Pemkab Berau itu, banyak lika-liku yang ditemui. Sebelum proyek tahun jamak atau multiyears resmi tersebut digulirkan pada 2022 lalu.

Proyek prestisius itu, merupakan jawaban atas keresahan warga Bumi Batiwakkal yang menginginkan peningkatan pelayanan kesehatan.

Perjalanan hingga berlangsungnya pengerjaan proyek itu, terbilang sangat panjang. Tiga pendahulu kepala daerah di Berau menjadi bagian panjang dari proses ambisus ini.

Di mulai pada awal 2013 lalu. Kala itu Berau dipimpin oleh Bupati Berau periode 2005/2015, Makmur HAPK. Menjadi titik awal munculnya wacana pembangunan rumah sakit baru.

WhatsApp Image 2024 11 25 at 10.31.44
Komplek perumahan PT Inhutani sebagai lokasi awal rencana pembangunan RSUD Tanjung Redeb era Bupati Makmur HAPK. (Foto: Sulaiman/BT)

 

Kala itu, rumah sakit baru direncanakan bakal dibangun di lokasi kawasan perusahaan BUMN PT Inhutani Berau.

Namun rencana itu batal. Status lahan perusahaan yang tak dapat digunakan oleh Pemkab Berau, ditengarai sebagai penyebab utama batalnya rencana pembangunan.

“Karena status lahan, rencana itu batal,” kata Kepala Badan Unit Kerja Pengadaan Barang dan Jasa (UKPBJ) Berau, Jimmy Arwi Siregar. Yang juga pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Cipta Karya DPUPR Berau.

Jimmy (sapaan dia), menceritakan kembali perkembangan proses rencana pembangunan rumah sakit itu. Akibat gagalnya penggunaan lahan inhutani, rencana pembengunan itupun meredup.

Sempat senyap selama 6 tahun, pada awal 2019 lalu, wacana itu kembali muncul. Saat itu, Berau dikomandoi oleh Bupati Berau 2016/2020, Muharram (almarhum). Lalu dilanjutkan oleh Bupati Berau 2020/2021 Agus Tantomo, selama 3 bulan pada akhir periode.

Meski Ide itu muncul kembali, namun berbeda dari rencana pembangunan di kawasan sebelumnya yang diinisiasi Bupati Makmur HAPK.

Lahan milik pemerintah di Jalan Raja Alam 2, Kecamatan Teluk Bayur, disebut sangat strategis untuk dibangun infrastruktur kesehatan tersebut.

RSUD Tanjung Redeb
Wabup Gamalis kala meninjau lokasi kedua RSUD Tanjung Redeb di Jalan Raja Alam Teluk Bayur, 2021 lalu.

 

Sialnya, badai pandemi Covid-19 menghantam Indonesia awal 2020. Semua negara dibuat kocar-kacir dengan keberadaan wabah yang dikenal dengan corona itu.

Sistem penggunaan keuangan secara nasional kala itu berubah total. Tak hanya di pusat, anggaran di daerah pun terdampak.

Muncullah istilah recofusing anggaran. Dari anggaran yang sedianya digunakan untuk pembangunan infrastruktur, dialihkan sebagian untuk penanganan kasus Covid-19.

Salah satu rencana yang berubah di Pemkab Berau, yakni pembangunan RSUD Tanjung Redeb.

“Itu memang berlaku secara nasional mas,” beber Jimmy.

Tiga tahun berselang, setelah pandemi mereda. Ekonomi nasional hingga daerah mulai memulih, barulah wacana pembangunan itu kembali digulirkan menjawab mimpi besar para pemimpin terdahulu.

Pada  awal 2022, saat kepemimpinan kepala daerah berada ditangan Sri Juniarsih, Pemkab Berau kembali melakukan proses perencanaan pembangunan RSUD Tanjung Redeb.

Dimulai dari tahap kajian, hingga memastikan proses izin analisis dampak lingkungan alias amdal dilalui dengan baik.

“Lokasinya pun kembali berubah, kembali ke titik awal rencana  yakni di lahan PT Inhutani. Namun bukan di lokasi perumahan, tetapi di sisi belakang  berhadapan dengan jalan Sultan Agung,”jelasnya.

Jimmy mengaku tak tahu dinamika diskusi soal pembangunan rumah sakit tersebut antara eksekutif dan legislatif.

Hanya saja, ia memastikan DPUPR Berau mendapatkan mandat untuk mengawal proses pembangunan tersebut melalui skema penganggaran tahun jamak. Mulai 2022 hingga 2024 ini, untuk tahap awal pembangunan.

“Konstruksi di mulai 2023 sampai hari ini, itu yang saya ketahui,” terangnya.

CBD7E693 9B25 4EF3 8304 CE00BFC7F6B3
Pemkab Berau usai menetapan final eks lahan Inhutani sebagai lokasi RSUD Baru, 2022 lalu.

 

Pembangunan Dilakukan Tiga Tahap

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau akhirnya menetapkan kawasan seluas 10 hektare di lahan eks Inhutani Jalan Sultan Agung, Kelurahan Sei Bedungun Kecamatan Tanjung Redeb sebagai lokasi pembangunan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Berau, pada 29 Desember 2022.

“Dengan penetapan lahan rumah sakit ini, maka pembangunannya akan segera di mulai. InsyaAllah, tahun depan sudah kita mulai pembangunannya,” jelasnya kala itu.

Pembangunan RSUD Berau diterangkan Sri Juniarasih, dilakukan secara bertahap. Tahap pertama dimulai pada 2023, dengan anggaran sebesar Rp 288 miliar, kemudian dilanjutkan pada 2024 dan penuntasan terakhir di tahun 2025.

Adapun untuk penyelesaian pembayaran ganti rugi terhadap tanam tumbuh milik masyarakat terdampak sekitar pembangunan, Pemkab Berau menyiapkan anggaran Rp 6,9 miliar untuk 60 kepala keluarga.

Optimis Tahap II Rampung Desember 2024

Saat ini, target pembangunan telah sesuai dengan dokumen perencanaan yang telah ditetapkan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Rakyat (DPUPR) Berau.

Bangunan tersebut kini telah masuk dalam tahap pemolesan bagian luar gedung. Akses jalan masuk pun hampir rampung. Sesuai data DPUPR Berau, progres hingga saat ini mencapai 61 persen.

Pengerjaan yang telah memakan waktu 536 hari tersebut dimulai dimulai sejak 14 Juli 2023 lalu, hingga 31 Desember 2024 harus tuntas.

Jika merujuk dokumen kontrak dikerjakan oleh PT MAM Energindo KSO PT JA, mega proyek pemerintah itu nilai kontraknya mencapai Rp249 miliar. Biayanya pun sepenuhnya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Berau.

Ditemui di ruang kerjanya, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) DPUPR pembangunan RSUD Tanjung Redeb, Erwin, mengatakan saat ini material bangunan dalam proses pengiriman.

“Material dikirim lewat laut, banyak diambil dari luar Kalimantan,” kata Erwin.

Ia mengaku, dalam proses pembangunan pihak kontraktor temui berbagai kendala. Pada umumnya, terkait dengan kondisi cuaca.

Tak hanya mengakibatkan proses pengerjaan di lokasi proyek yang mandek. Namun, ombak besar di laut, mengakibatkan kapal berjalan lebih lambat.

“Tentu itu jadi gejala kendala umum lah ya mas,” tuturnya.

WhatsApp Image 2024 11 22 at 23.35.34
Pembangunan RSUD Tanjung Redeb yang kini sudah mencapai 60 persen. (Foto: Sulaiman/BT)

 

Kendati demikian, saat ini pihak kontraktor bekerja secara profesional. Meski material masih dalam proses pengiriman, namun setiap hari tetap ada progres pembangunan yang tercapai.

Bahkan, demi memastikan proses itu berjalan, setiap hari ia selalu mengajak kontraktor untuk rapat bersama. Demi memantau target yang harus dicapai setiap harinya.

“Setiap hari kami rapat, bahas soal progres,” ujarnya.

Tak tanggung-tanggung, ia sudah memastikan di lapangan, terdapat 320 pekerja yang aktif untuk mengejar progres proyek. Itu dia sebut, sebagai bagian dari komitmen kontraktor ke pemerintah.

“Mereka (kontraktor) itu udah profesional, tidak mungkin main-main dengan pemerintah,” ucapnya.

Sebagai pengguna jasa, ia pun tak main-main. Dirinya telah menyiapkan skema pemberian sanksi berupa penalti bila proyek tersebut tak berjalan sesuai target.

“Kami tinggal kasih sanksi, kalau ini tidak sesuai target. Tapi kami tetap optimis ini selesai,” tegasnya.

Kapasitas Sementara 113 Bed

Nantinya, untuk sementara RSUD Tanjung Redeb didesain menampung sebanyak 113 bed.

Di dalam bangunan itu pula, bakal disiapkan ruangan untuk instalasi kamar jenazah, IPS-PRS, instalasi dapur, radiologi, rehabilitasi medis, ruang farmasi, poliklinik, laboratorium.

Selain itu, instalasi gawat darurat alias IGD, hemodialisa, instalasi ruang bedah, ruang PICU/NICU, serta ditopang ruang genset khusus, instalasi limbah rumah sakit dan limbah B3.

Rumah sakit baru itu pun bakal mengusung konsep bangunan hijau yang ramah lingkungan, mulai dari pengolahan listrik hingga air rumah sakit. (*)