Reporter : Sulaiman
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Ingin keluar dari garis kemiskinan dan mengangkat derajat keluarga, menjadi motivasi Fransiskus Jemahu untuk mencoba peruntungan menjadi seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Bumi Batiwkkal.

Jumat (8/11/2024) pagi, Ansi mendapat giliran sesi pertama seleksi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang digelar Pemkab Berau.

Ia bersama 100 peserta lainnya, pagi-pagi buta sudah bersiap untuk mengikuti administrasi di kantor Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Berau.

Ansi yang berdomisili di Kampung Merapun, Kecamatan Kelay. Harus menempuh perjalanan kurang dari 5 jam untuk sampai ke ibukota Berau, Tanjung Redeb.

Tak punya kerabat di Tanjung (sebutan lain ibukota Berau), mengharuskan dia untuk mencari tempat menginap sendiri. Sekira pukul 23.00 Wita sampai di kota, ia lalu memilih untuk menginap di salah satu penginapan sederhana.

“Pulang kerja, jam 5 sore saya sudah berangkat dari Merapun,” kata Ansi.

Ia harus izin dari tempatnya bekerja, di laboratorium sebuah perusahaan sawit milik PT Gunta Samba, di Merapun. Demi mengikuti tes kompetensi dasar (TKD) CPNS, di Tanjung Redeb.

Menurut pengakuannya, tes ini merupakan kali pertamanya untuk mencoba menjadi abdi negara. Pasca lulus kuliah 2021 silam, di salah satu kampus negeri di Malang.

“Ini pengalaman pertama, makanya agak gugup tadi pas di ruang CAT (Computer Assisted Test),” sebutnya.

Anak ke 4 dari 6 bersaudara ini, menjadi salah satu anak di keluarga yang diharapkan dapat merubah nasib keluarga. Berhasil mendapat gelar sarjana Teknik Industri, menurutnya menambah kepercayaan keluarga kepada dirinya.

Ansi mengaku mendapat dorongan penuh dari sang ibu, Rofina Jenina. Yang ingin dirinya menjadi PNS sejak tiga tahun lalu. Saat ini, menurutnya waktu yang tepat untuk menjawab harapan sang ibu.

Pria kelahiran Manggarai ini, sudah merasa cukup untuk bekerja dengan sistem kerja di perusahaan swasta. Dirinya ingin mencari pengalaman baru di sektor pemerintahan.

“Sebenarnya ini keinginan ibu saya. Dia ingin saya sukses di pemerintahan,” ucap putra dari Laurentius Jona.

Pria kelahiran 29 Mei 1998 ini, mengakui dirinya kurang maksimal mempersiapkan diri untuk tes. Sebab, waktunya untuk belajar lebih banyak soal tiga jenis tes CPNS tersita dari kesibukannya di laboratorium perusahaan sawit itu.

“TIU, TWK dan TKP saya bisa aja jawab, tapi gak semua saya isi. Gugup, ini pertama kali,” akunya.

Pesimis dengan hasil yang akan diraih tahun ini. Ansi bertekad untuk tetap mencoba kembali perutungannya tahun depan. Bila Pemkab Berau kembali membuka lowongan untuk pegawai pemerintahan.

Ia pun tak mau mencoba peruntugan di luar Berau. Sebab, tak ingin jauh dari orang tua.

“Gagal, coba lagi. Hari ini bukan akhir dari segalanya,” tegas dia.

Sedikit pengalaman ia ceritakan saat tes pagi tadi. Ia tak memiliki sepatu berwarna hitam. Sementara, sepatu berwarna hitam sudah jadi ketentuan negara.

Ia pun diselamatkan oleh Kabid Pengadaan, Mutasi dan Informasi ASN BKPSDM Berau, Purwo Sutopo. Memang beliau ini yang selalu jadi tameng bagi peserta yang kekurangan peralatan dan minim persiapan.

“Bapak itu tadi yang tolong, sepatu saya cuma ini yang formal. Terimakasih pak,” ucapnya mengakhiri obrolan bersama awak berauterkini.co.id. (*)