Sangatta – Anggota DPRD Kutai Timur (Kutim) dari Partai Golongan Karya (Golkar), Hasbullah, menegaskan komitmennya untuk mendorong pengembangan ekonomi kreatif di daerah pemilihannya, Dapil 4.

Menurutnya, Dapil 4, yang mencakup beberapa kecamatan, memiliki potensi besar yang belum tergali sepenuhnya. Ia percaya bahwa pendekatan kreatif dan terintegrasi sangat penting untuk mendorong kesejahteraan masyarakat.

“Jalan saya adalah mengembangkan ekonomi kreatif untuk mendorong ekonomi masyarakat. Potensi di Dapil 4 sangat besar, dan ini harus kita manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan warga,” tegasnya beberapa waktu lalu.

Namun, Hasbullah juga menekankan bahwa ekonomi kreatif tidak akan berkembang tanpa dukungan infrastruktur yang memadai.

“Ekonomi kreatif harus ditunjang dengan infrastruktur jalan serta sarana dan prasarana yang baik. Tanpa ini, kita hanya berjalan di tempat,” katanya.

Dia menegaskan perlunya program pengembangan ekonomi kreatif yang dilakukan secara terintegrasi dan holistik, bukan sepotong-sepotong.

“Saya berharap teman-teman dari dewan lain bisa kompak dan bersinergi dengan masyarakat Kutim, khususnya di Dapil 4,” jelasnya.

Dalam konteks pembentukan fraksi di DPRD Kutim, Hasbollah menunjukkan sikap menghormati senioritas dan mempercayakan keputusan tersebut kepada para anggota dewan yang lebih berpengalaman.

“Saya serahkan kepada para senior untuk membentuk fraksi. Pengalaman mereka lebih luas, jadi saya percaya keputusan mereka akan membawa manfaat bagi kita semua,” ungkapnya.

Dari segi kekayaan, Hasbollah melaporkan memiliki aset sekitar 1 miliar rupiah, sebagaimana tercantum dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Sebelum terjun ke dunia politik, ia dikenal sebagai seorang petani dan menyatakan bahwa kesuksesannya tidak semata-mata bergantung pada kekuatan finansial.

“Kalau hanya mengandalkan biaya politik, mungkin saya tidak akan terpilih. Saya lebih banyak mengandalkan investasi sosial yang saya bangun selama menjadi kepala desa,” tuturnya.

Ia percaya bahwa uang bukanlah satu-satunya faktor penentu dalam pemilihan. “Biar punya duit, tapi kalau tidak memiliki elektabilitas, tidak bisa juga terpilih,” pungkas Hasbullah.