Foto: Aktivitas di Bandara Kalimarau
TANJUNG REDEB – Tingginya harga tiket membuat pengguna jasa angkutan udara meradang. Sebab, sejak tahun lalu harga tiket tak kunjung menurun. Bahkan setelah kebijakan penerbangan berubah maupun masuknya maskapai BUMN ke Berau.
Dalam catatan redaksi Berau Terkini, banyak rencana yang hendak dilakukan pemerintah sejak 2022 lalu. Mulai dari menerapkan skema blockseat hingga mendatangkan maskapai baru, demi menekan harga tiket namun urung terwujud.
Sejak pandemi 2020 lalu, aktivitas di Kalimarau surut, harga tiket pun kian mahal. Bahkan hingga 2023 ini masih cukup mahal, untuk penerbangan ke Balikpapan saja, tiket dilego dengan harga tertinggi mencapai Rp 1,9 juta.
Kondisi itu pun, menjadi perhatian masyarakat Bumi Batiwakkal. Salah satunya yakni Ketua Keluarga Pelajar Mahasiswa Kabupaten Berau (KPM-KB) Rijal, ia menyatakan seharusnya status bandara sebagai BLU dapat dengan leluasa mengatur skema baru penerbangan pasca pandemi Covid-19.
Salah satunya tentu menggaet kembali maskapai penerbangan yang sebelum pandemi Covid-19 telah resmi mendarat, untuk beroperasi kembali di Bumi Batiwakkal. Seperti Garuda, Lion Air Group, hingga rencana operasi Super Air Jet.
“Ini demi menghidupkan kembali gairah penerbangan di Berau, yang dulu sampai belasan penerbangan,” kata Rijal yang juga berstatus sebagai mahasiswa aktif di Fakultas Hukum Pertambangan, Universitas 17 Agustus alias Untag, Samarinda itu.
Menurut dia, kebijakan tepat dan cepat saat ini sangat dibutuhkan di tengah semangat peningkatan pariwisata di Bumi Batiwakkal bisa kembali digaungkan. Sebab, bila tidak. Ia dapat memastikan aktivitas bandara akan sama saja dengan situasi pandemi lalu.
Bagaimana tidak, tiket yang hampir menyentuh angka Rp 2 juta rupiah, akan membuat calon penumpang berfikir dua kali untuk menggunakan jasa itu. Kebanyakan masyarakat bakal memilih untuk menggunakan travel darat untuk bepergian keluar kota. Khususnya ke Balikpapan, dengan harga yang lebih terjangkau.
“Logis aja kalau orang lebih milih untuk pakai jasa travel darat. Harganya lebih masuk akal,” sebut dia.
Mahasiswa yang aktif dalam gerakan mahasiswa di Samarinda tersebut, memberikan peringatan keras juga kepada pihak maskapai untuk tidak sewenang-wenang menentukan harga tiket. Dia menyebut, ada regulasi khusus yang mengatur batas atas dan bawah tiket. Sehingga tiket tidak dijual dengan harga tinggi langsung, saat tiket dijual ke publik.
“Sekarang ini kan terkesan seenaknya aja. Tiba-tiba harga tiket Rp 1,8 untuk ke Bandara SAMS Balikpapan,” ujarnya.
Rijal merasa yakin, bila dengan skema penambahan maskapai di Bandara Kalimarau dapat mengembalikan harga tiket seperti sebelum pandemi. Yakni berkisar Rp 600 sampai 800 ribu. Bila harga itu diterapkan, tak menutup kemungkinan gairah wisata di Bumi Batiwakkal kembali menggeliat ke depan.
“Orang itu banyak yang lebih milih mendarat di Tarakan. Karena harganya lebih murah,” ujarnya.
Selain menyasar warga Berau, ia yakin dengan harga tersebut dapat merayu para calon penumpang yang berada di sekitar Berau. Seperti di Kecamatan Wahau, Kutim. Bahkan, warga Kaltara yang hendak melipir keluar kota.
“Sejauh ini yang kami pantau. Koordinasi stakeholder itu elit, tapi turunkan harga tiket sulit,” ucapnya berkelakar.
Diberitakan sebelumnya, saat proses pergantian direktur baru Bandara Kalimarau. Saat pertemuan antara petinggi di Bumi Batiwakkal yang dihadiri, Wakil Bupati Berau Gamalis, Ketua DPRD Berau Madri Pani, Kapolres Berau AKBP Shindu, hingga Kejari Berau telah membuahkan beberapa kesepakatan. Salah satunya, metode blockseat yang hingga saat ini belum memberikan dampak pada penerbangan di Bandara Kalimarau.
Kepala Kantor BLU Kalimarau Berau Ferdinan Nurdin, sebagai nahkoda baru mengutarakan komitmennya mengembalikan gairah ekonomi di Bandara Kalimarau.
Ia membeberkan PR besar setelah dirinya ditugaskan oleh Dirjen Penerbangan Udara, Kementerian Perhubungan RI. Salah satunya memaksimalkan penanaman investasi swasta di Bandara yang berstatus sebagai BLU itu.
Dalam waktu dekat ini, ia memastikan bakal ada perusahaan penerbangan helikopter yang bakal investasi di Bandara Kalimarau. Yakni Whitesky Aviation. Dengan mengukur kebutuhan penerbangan darurat yang langsung mengirimkan penumpang dengan jarak menengah.
“Saya miliki prinsip gerak cepat dan terukur. Tidak bisa kerja lambat. Karena perubahan di Bandara ini harus cepat,” ucap mantan Kepala Bandara di Kota Baru, Kalimantan Selatan itu.
Ia menargetkan aktivitas ekonomi di Bandara Kalimarau kembali menggeliat dalam masa 100 hari kerja. Mengembalikan citra Bandara Kalimarau untuk kembali mendapatkan gelar ‘The Best Airport’ selama lima tahun ke belakang. Yang terakhir didapatkan pada 2019 lalu.
“Saya yakin dengan SDM yang ada di Bandara Kalimarau. Teman-teman saya orang yang punya pengalaman. Dukung dan doakan saja kami,” sebut dia.
Dia juga menerangkan kembali ihwal dukungan pemerintah. Demi kembali menggeliatkan sektor wisata di Berau. Setiap titik destinasi mesti memiliki konektivitas yang memadai. Dalam hal ini terkait infrastrukur menuju lokasi wisata.
Sebab dari situ dapat mengundang gairah wisawatan untuk datang dan kembali berwisata di Berau. Tak menutup kemungkinan dari cara itu pula bakal meningkatkan demand di sektor penerbangan udara.
“Ini butuh kolaborasi, koordinasi, dan komunikasi yang apik antara stakeholder. Kami siap dilibatkan dalam agenda-agenda strategis pemerintah,” tegas dia. (*)
Reporter: Sulaiman