Reporter : Sulaiman
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Gempa yang terjadi di sebagian wilayah “Bumi Batiwakkal” dan menimpa warga beberapa waktu lalu, membangun kesadaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau, untuk segera memiliki alat khusus dalam mendeteksi gempa. Wakil Bupati (Wabup) Gamalis, berpesan agar tetap hati-hati dan jangan takut berlebihan.

Diketahui, gempa pertama pada Minggu (15/9/2024) sekira pukul 19.28 Wita hingga Senin (16/9/2024) pukul 19.00 Wita. Selama dua hari tersebut, khususnya warga pesisir selatan Berau, merasakan guncangan gempa tersebut sebanyak 21 kali.

Wabup Gamalis mengatakan, tidak ingin memberikan respon berlebihan yang bakal berujung pada kepanikan yang lebih pula.

Dikatakannya, antisipasi lebih dini diperlukan untuk memastikan pemerintah telah melakukan langkah yang terukur demi keselamatan warganya.

“Sikap kehati-hatian itu penting, tapi jangan panik berlebihan,” ungkapnya, kepada awak berauterkini.co.id, Selasa (17/9/2024).

Ke depan, pemerintah diwajibkan melakukan kajian secara lebih mendalam untuk dapat menakar dan mengukur langkah cepat dalam menangani dampak dari gempa.

“Kajian ini yang penting. Dari dokumen itu kita belajar penanganan soal gempa ini,” tuturnya.

Dalam urusan tersebut, tentu peran dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau, menjadi tumpuan utama. Diyakini badan tersebut telah mempelajari banyak hal terkait penanganan bencana, termasuk gempa.

“Secara komprehensif dan terukur, ini akan menjadi bahan gerak daerah ke depan untuk menangani persoalan gempa,” ucapnya.

Tidak memiliki gunung aktif, menjadikan situasi saat ini pemerintah belum gencar mengedukasi warga untuk bertindak tepat kala gempa.

Namun saat ini, disebutnya, kondisi telah berbeda. Kajian soal potensi gempa dari dampak ‘Megathrust’ penting untuk dikaji. Sebab, bila demikian, maka pola mitigasi bencana daerah pun akan bertambah.

“Ini akan menjadi modal nantinya, untuk antisipasi potensi korban jiwa,” terangnya.

Diharapkan, pemerintah ke depan bisa melakukan komunikasi secara lebih sering ke Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur (Pemrov Kaltim) maupun pemerintah pusat, agar mendapatkan fasilitas pendeteksi dini gempa maupun potensi tsunami.

Mengingat Berau memiliki garis pantai yang sangat panjang. Hampir sebagian penduduk Berau berada di kawasan pesisir.

“Pusat harus melek ke daerah. Ini gempa yang membutuhkan tangan dari pusat juga,” ungkapnya.

Pihaknya berharap, masyarakat tetap menjaga rasa hati-hati atas potensi gempa ke depan, agar dapat belajar melalui sarana yang disediakan, supaya bisa mengetahui cara atau sikap saat menghadapi situasi gempa.

“Itu tadi, tetap harus hati-hati,” pesan Wabup Gamalis. (adv)