Foto: Fauzi saat berlatih monolog di rumahnya.
TANJUNG REDEB – Prestasi pelajar Berau ternyata tidak bisa dipandang sebelah mata. Di bidang seni, pelajar SMA 4 atas nama Muhammad Fauzi bakal mewakili Kaltim dalam lomba monolog tingkat nasional.
Muhammad Fauzi adalah putra pasangan dari Siti Hadijah dan Pahrudin. Siswa SMA 4 Berau itu akan menjadi juara satu lomba monolog tingkat kabupaten dan provinsi dalam Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2021. Kesuksesannya itu juga yang akan mengantar Fauzi ke lomba serupa level nasional.
Fauzi meraih juara tersebut bukan tanpa kerja keras. Berbulan-bulan melatih diri, Fauzi pun mendalami peran yang dimainkan. Memupuk rasa percaya diri. Melatih olah vokal, menghapal naskah, juga gerakan. Semua itu dilakukannya, agar bisa mengharumkan nama sekolah dan Berau.
“Kemarin lombanya diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional (Puspernas),”ucapnya, Rabu 25 Agustus 2021.
Tak mengetahui berapa jumlah pasti peserta yang ikut dalam perlombaan itu di tingkat Provinsi Kalimantan Timur. Yang teringat hanya kebanggaan diri karena mampu menjadi yang terbaik dari 10 kabupaten kota se-Kaltim.
Kerja kerasanya selama berbulan-bulan pun membuahkan hasil. Lomba monolog tingkat kabupaten awalnya diselenggarakan pada 28 Juni 2021 hingga 7 Juli 2021. Sedangkan tingkat provinsi, sejak 7 Juli 2021 hingga 31 Juli 2021.
Dalam monolog, satu pemeran bisa memainkan beberapa karakter, hal inilah yang menjadi tantangan tersulit baginya. Bagaimana menguasai latar, emosi, dan juga pembawaan tampil di depan kamera tanpa penonton. Fauzi pun mengaku tidak bekerja sendiri, ada tim dan orangtua yang selalu mendukungnya.
“Prosesnya panjang sekali, tapi Alhamdulillah, usai lolos tingkat kabupaten, ikut seleksi lagi, akhirnya lolos tingkat provinsi. Dan lolos lagi tingkat nasional, saat ini masih menunggu juknis (petunjuk teknis lomba) dari pusat,” bebernya.
Siswa SMA Negeri 4 Berau ini, mengaku, ia mengambil naskah dari karya Iswadi Pratama, dengan judul Jangan Terlalu Dalam. Naskah itu menceritakan seorang remaja yang kecanduan smartphone. Hingga suatu saat, orangtua dari remaja tersebut, menyita handphone anaknya, selama 12 jam per hari. Hal ini membuat anaknya tertekan, dan juga nyaris stres. Si anak, diceritakan, dipaksa untuk membaca buku selama waktu 12 jam tersebut.
“Di situ saya harus menceritakan, betapa stres dan kecewanya si anak terhadap sosok orangtua. Serta depresi harus selalu berhadapan dengan buku,” sebutnya.
Meski sempat gelisah, namun ia mampu membawakan karya tersebut dengan baik. Fauzi mengaku banyak dihadapkan dengan kendala selama memerankan monolog tersebut. Mulai dari intonasi monolog, mendalami peran, gesture tubuh. Bahkan harus berulang kali melakukan pengambilan video karena tidak sesuai dengan isi naskah.
Hal ini sempat membuatnya ingin menyerah, namun hal itu diurungkan. Fauzi teringat dengan semangat seluruh tim dan dukungan kuat dari orangtuanya. Ia tidak ingin menyerah hanya karena hal sepele.
“Alhamdulillah, berkat kerja keras semua,” ujarnya.
Remaja yang memiliki cita-cita sebagai konsultan pembangunan ini mengatakan, prestasi gemilang itu bukan hanya diraih saat ini. Sebelumnya, ia juga pernah menyabet juara tiga duta pelajar yang dilaksanakan Kejaksaan Negeri Tinggi Kaltim. Dirinya juga juara 1 lomba cipta puisi pada 2018, yang diselenggarakan MGMP tingkat kabupaten. Selain itu ia juga juara 2 lomba monolog tingkat kabupaten pada tahun 2018.
Alumni SD Negeri 004 Tanjung Redeb dan SMP Negeri 03 Berau ini, mengaku akan terus belajar, berkarya dan mendalami prolog. Fauzi ingin terus bisa mengharumkan nama Berau di berbagai tingkatan. Bahkan, ia ingin menjadi juara tingkat internasional.
“Saya ingin membawa Berau, ingin Berau lebih dikenal luas lagi,” pungkasya. (*)
Editor: RJ Palupi