TANJUNG REDEB – Event pariwisata menjadi agenda penting yang mesti mendapatkan dukungan pemerintah di tengah transisi ekonomi di Kabupaten Berau.
Pekerjaan ini tak mudah. Sebab, hingga saat ini, APBD Berau masih bergantung ke sektor pertambangan dan perkebunan.
Dua sektor tersebut menyumbang hampir 60 persen pendapatan Berau yang bersumber dari dana transfer pusat.
Wakil Bupati Berau, Gamalis, menyebut pemerintah daerah harus lebih serius untuk memantapkan posisi pariwisata di tengah penurunan bisnis industri batu bara.
“Sekarang kita masuk dalam proses transisi, 20 tahun ke depan pariwisata harus bisa jadi penopang ekonomi daerah,” kata Gamalis.
Gamalis menyebut, event seperti Maratua Jazz and Dive Fiesta (MJDF) yang telah berjalan beberapa tahun ini harus mendapat dukungan penuh pemerintah daerah.
MJDF dianggap sebagai bagian dari metode untuk menambah pendapatan daerah dari sektor pariwisata.
Dia menyebut, dukungan pemerintah daerah hingga pusat disebut menjadi modal berharga untuk memberikan daya dorong yang baik di sektor wisata.
“Ini kan sudah baik, dukungan pusat juga enggak kurang-kurang itu, kita harus jaga,” kata Gamalis.
Tak hanya Maratua Jazz, event lain yang digelar di lokasi yang sama dianggap baik untuk industri pariwisata di Berau.
Dia menyampaikan, event lain yang bisa digelar di setiap kampung atau kecamatan yang memiliki potensi pariwisata harus digeber.
Hal ini dapat menjadi pembuktian kepada investor bila di Berau memiliki destinasi wisata yang beragam.
Selain itu, juga dapat memberikan referensi bagi wisatawan untuk bisa berkeliling di Berau untuk mendapatkan sensasi berwisata yang beragam.
“Dari situ setiap kampung berperan untuk menambah retribusi yang masuk ke kas daerah,” kata dia.
terkait MJDF 2026, Gamalis menyatakan siap untuk berperan lebih besar demi kesuksesan acara musik tersebut.
Namun ukuran yang ditetapkan semakin besar. Dia menginginkan agar terdapat banyak turis asing dan wisatawan nusantara yang dapat ditampung dengan jumlah lebih besar.
Gamalis menyadari, target besar itu dapat dipenuhi dengan dorongan promosi pariwisata yang lebih konkret.
Oleh karenanya, dia mendorong kepada penyelenggara untuk bisa menjawab kebutuhan kajian mendalam demi menjawab alasan kenapa pemerintah harus menggelontorkan anggaran besar untuk promosi.
“Jadi harus konkret, biar ada alasan kuat kenapa promosi ini bisa efektif untuk Maratua Jazz,” sebutnya.
Menjawab tantangan itu, Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menyatakan akan mematangkan peta potensi promosi pariwisata di Berau dengan penawaran terbaik bagi wisatawan asing.
Dia mengakui, saat ini anggaran besar harus disiapkan oleh calon wisatawan untuk bisa menikmati keindahan wisata di Berau.
“Ini memang jadi wisata mahal karena memang sangat indah,” sebutnya.
Ke depan, pihaknya mesti meramu paket wisata ke setiap destinasi yang ada di Berau.
Penggunaan jaringan wisata melalui komunitas pariwisata, mulai dari Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Asita, dan organisasi wisata lainnya menjadi hal penting untuk dilakukan saat ini.
“Biar bisa menjangkau semua wisatawan hingga mancanegara,” tegas dia.
Sementara itu, Founder MJDF, Juhriansyah, mengatakan, pihaknya akan fokus untuk membangun komunikasi lintas daerah dalam forum jazz nasional.
Termasuk, menyiapkan data matang yang akan menjadi konsumsi pemerintah daerah dalam merumuskan arah kebijakan untuk mengawal event di daerah.
“Kami sudah siap jemput MJDF 2026,” sebutnya.
Dalam waktu dekat ini, Rian mengatakan telah mendapatkan undangan resmi untuk hadir di Forum Jazz Nasional. Event musik yang akan menjadi panggung MJDF agar bisa dikenalkan secara lebih masif.
“Pertengahan Juli rencananya saya akan ke Jakarta, promosikan MJDF,” kata dia. (*/Adv)