TANJUNG REDEB – Sejumlah perwakilan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait beserta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan lainnya yang bergerak dibidang konservasi, berembuk ingin mewujudkan Pulau Derawan bisa bebas dari sampah plastik. Hasrat itu didiskusikan dengan tajuk “Mewujudkan Derawan Bebas Sampah Plastik”

Dalam diskusi itu, terungkap bahwa sejak awal tahun 2010-an, kegiatan pariwisata bahari di Pulau Derawan telah mengalami perkembangan. Namun, perkembangan itu diiringi dengan produksi sampah yang tinggi, khususnya sampah plastik.

Untuk menjaga eksistensi wisata di Pulau Derawan tetap ramai dikunjungi, pengelolaan sampah harus jadi fokus. Itu juga sekaligus tantangan yang akan dapat berdampak pada industri pariwisata.

Program Derawan bebas sampah,  juga menjadi salah satu strategi utama yang digunakan dengan merancang model bisnis ekonomi sirkular dari pengolahan sampah.

3I DISKUSI ILMIAH 2

Bahkan, dalam diskusi konservasi alam sekitar kita bertajuk “Mewujudkan Derawan Bebas Sampah Plastik” pada 30 Januari 2024 lalu, mengupas habis masalah terkait sampah di destinasi wisata. Utamanya di Derawan.

Dalam diskusi itu, dihadirkan sejumlah perwakilan OPD terkait, beserta LSM yang bergerak dubidang konservasi, dalam membahas program Derawan bebas plastik.

Seperti Pengawas Lingkungan Hidup Ahli Muda dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Berau, Irwadi Ahmadi Siregar.

Kepala Kampung Pulau Derawan, Indra Mahardika. Perwakilan UMB, Sufriady Syam, dan Site Coordinator for Derawan MPA WWF-Indonesia Irvan Ahmad Fikri.

3I DISKUSI ILMIAH 3

Irwadi Ahmad Siregar menjelaskan, di tahun 2030, target pengelolaan sampah di Kalimantan Timur adalah 100%. Sementara, capaian yang diperoleh pada tahun 2022, untuk Pemerintah Kabupaten Berau baru memenuhi 69,72% pengelolaan sampah.

“Dukungan dan komitmen dari berbagai pihak untuk mengelola sampah, tentu perlu diimbangi dengan mengurangi penggunaan kemasan sekali pakai dari sumber,” ungkapnya.

Sementara itu, perwakilan UMB Sufriady Syam menambahkan, pada Mei 2023 lalu, Universitas Muhammadiyah Berau bersama WWF Indonesia, beserta para pemuda di Derawan, yang tergabung dalam Plastic Free Ocean Network, telah melaksanakan pendataan sampah dengan metode Standar Nasional Indonesia (SNI).

Pada kesempatan itu, disampaikan pula hasil pendataan timbulan sampah tersebut. Salah satunya, berasal dari aktivitas pariwisata yang didominasi oleh sampah multilayer plastik.

Hasil produksi sampah selain dari aktivitas rumah tangga itu, juga ditimbulkan dari sampah non rumah tangga. Seperti misalnya sampah produksi  restoran, hotel, sekolah, kantor, dan pertokoan di Kampung Pulau Derawan.

“Dengan akumulasi pertahun sebanyak 11,16 ton atau sama dengan 30,57 kilogram per hari. Peningkatan jumlah sampah ini kerap kali bertambah pada saat libur akhir pekan dan libur panjang yang berkaitan dengan aktivitas kunjungan wisatawan,” paparnya

“Maka, upaya pengelolaan sampah secara komprehensif menjadi langkah penting untuk Pulau Derawan sebagai destinasi wisata bahari,” sambungnya.

Kemudian,  Kepala Kampung Pulau Derawan, Indra Mahardika menyampaikan, pihaknya sangat berharap Pulau Derawan, akan benar-benar bisa terbebas dari sampah plastik.

Sehingganya, Derawan dapat menjadi kampung percontohan, dalam hal pengelolaan sampah di Kabupaten Berau.

“Tentunya dukungan dari masyarakat dan mitra-mitra terkait menjadi faktor kuncinya,” ujarnya.

Perwakilan WWF Indonesia, Irvan Ahmad Fikri juga menyampaikan, WWF Indonesia telah menyampaikan 4 strategi bersama Pemerintah Kampung Pulau Derawan, dan Pokdarwis Sumping Nusa.

Strategi itu diantaranya,  melaksanakan kegiatan peningkatan kapasitas dan penyadartahuan kepada seluruh elemen masyarakat di Pulau Derawan, terutama mengenai pengelolaan sampah pesisir.

Kemudian, memperbaiki infrastruktur dan pengelolaan sampah di Pulau Derawan. Merancang model bisnis ekonomi sirkular dari pengolahan sampah serta mendorong adanya kebijakan yang lebih tegas dan mengikat terkait dengan pengelolaan sampah.

Menurutnya, permasalahan sampah di Pulau Derawan saat ini, hanya solusi jangka pendek dan belum merupakan pola jangka panjang pengelolaan sampah.

Sementara itu, Pulau Derawan menjadi pintu masuk untuk mengeksplorasi kawasan konservasi Kepulauan Derawan dan perairan sekitarnya.

“Harapannya, melalui semangat mewujudkan Derawan bebas sampah plastik ini, akan dapat mengurangi kebocoran sampah plastik ke laut serta dapat berkontribusi positif dalam pengelolaan kawasan konservasi,” tandasnya.

Dalam diskusi ini dihadiri Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Berau, kelompok masyarakat di Pulau Derawan, kelompok pemuda dan masyarakat akademisi dan masyarakat umum.

Para pemangku kepentingan yang hadir pada kegiatan ini, telah menyepakati dukungan terhadap pelaksanaan program Derawan Bersih, Bebas Sampah Plastik Pesisir atau dikenal dengan program “DESIR PASIR”. (*)

Reporter : Hendra Irawan

Editor : s4h