Foto: Kondisi jalan Biatan Lempake menuju Talisayan rusak berat
TANJUNG REDEB. Disebut sebagai jalan seribu lubang, poros pesisir Berau tengah menunggu perbaikan Provinsi. Sayangnya keterbatasan anggaran masih menjadi masalah klasik penanganan jalan di 5 kecamatan disana. Apalagi jalan poros tersebut juga menjadi akses utama kendaraan bermuatan berat pengangkut hasil perkebunan sawit.
Padahal ada banyak potensi lain yang membutuhkan kelayakan akses jalan. Seperti sektor pertanian,perikanan dan juga sektor pariwisata. Namun penanganan jalan disana hanya dapat dilakukan bertahap sesuai kemampuan anggaran yang dikucurkan dari Provinsi maupun pusat.
Disepanjang jalan menuju pesisir banyak ditemukan jalan rusak berlubang baik kecil sedang hingga parah. Selain itu potensi longsor jg ditemukan di beberapa titik.
Sejak 3 tahun terakhir ada banyak keluhan yang disampaikan masyarakat pesisir mengenai kerusakan akses utama.
Disampaikan melalui Musrenbang kampung,Kecamatan hingga ke masing-masing anggota DPRD Dapil pesisir.
Namun dengan status jalan Provinsi, Pemkab Berau tidka bisa banyak action selain menggunakan opsi-opsi seperti menggandeng swasta atau perbaikan darurat.
Menanggapi kondisi tersebut, Kepala UPTD DPUPR Provinsi Kaltim wilayah III yang menangani Kutim-Berau, Ramdlani mengungkapkan, bahwa jalur-jalur yang masuk kewenangan pihaknya sebenarnya sudah pernah dilakukan penanganan.
“Seperti jalan sepanjang Talisayan ke Lenggo itu sudah pernah ada penanganan walaupun hanya berupa agregat, ” ungkapnya.
Hanya saja aktivitas kendaraan yang tinggi setiap hari termasuk kendaraan berat truk pengangkut sawit memperpendek usia jalan.
“Ya tetapi namanya jalan umum siapa saja bisa melintas,” sambungnya.
Untuk melakukan penanganan pihaknya juga tidka bisa langsung bekerja apabila belum ada anggaran turun.
Ramdlani mengaku tentu ingin sekali setiap jalan rusak bisa diperbaiki permanen misalnya langsung di aspal. Hanya saja sampai semua tergantung ketersediaan anggaran yang diposkan untuk perbaikan.
Dijelaskan, ada kendala lain yang kerap ditemukan di lapangan seperti penggunaan asphalt mixing plant (AMP) yang tidak bisa menerima pengolahan dalam skala kecil.
“Jadi kami menunggu mereka produksi besar baru kami ikut beli untuk kebutuhan penanganan,kebetulan tahun ini kita ada paket, ada paket di Talisayan dan Lenggo kontrak Juli dan Agustus” ungkapnya.
Ada sekitar 1 kilometer yang akan ditangani khusus untuk titik-titik terparah. Sementara ini dalam proses lelang. Ia mengungkapkan bahwa pihaknya berupaya semaksimal mungkin bisa menangani jalan-jalan rusak yang ada.
“Tetapi ya itu tadi, kami bergantung pada ketersediaan anggaran, begitu ada langsung kami kerjakan,” tutupnya.