Foto: Kondisi pelajar SMP 4 Kelay yang belajar di tenda akibat tidak miliki rumbel. 

TANJUNG REDEB- Usai ramai jadi perbincangan, siswa SMPN 4 Kelay, yang belajar dibawah atap terpal, akhirnya sekolah itu akan mendapatkan penambahan Ruang Kegiatan Belajar (RKB)

Bupati Berau Sri Juniarsih memberikan perhatian khusus, ia menegaskan tidak boleh ada sekolah yang tidak layak di Kabupaten Berau. Sebab, keuangan pemerintah daerah sangat baik. Sehingga ia telah mememinta Dinas Pendidikan Berau untuk melakukan pengecekan dan penganggaran.

“Saya sudah monitor informasi itu, sudah saya perintahlan Disdik Berau segera cek. Dan informasi yang saya peroleh tahun depan gedung baru akan segera terealisasi,”tegasnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Berau, Yudi Artangali mengatakan, di tahun 2024 nanti akan ada tambahan 3 RKB dari APBD Berau, dan 1 RKB APBN.

“Tahun depan akan ditambah 4 RKB langsung. Untuk antisipasi lonjakan siswa di SMPN 4 Kelay,” ujarnya saat mengikuti rapat dengar pendapat (RDP) bersama dengan Komisi I DPRD Berau, terkait siswa SMPN 4 Kelay yang sekolah dibawah tenda.

Tidak itu saja, pihaknya juga akan meninjau langsung kondisi siswa yang sekolah dibawah tenda tersebut, pada Selasa (10/10/2023). Itu dilakukan, untuk mengetahui kondisi sebenarnya yang terjadi di sana.

“Itu sudah dirapatkan, dan tim saya besok (Selasa) akan menuju ke sana meninjau langsung kondisinya,” katanya.

Dijelaskan, memang untuk SMPN 4 Berau tersebut hanya memiliki 2 RKB dan 1 ruangan laboratorium untuk IPA. Selama ini, sekolah tersebut memang cukup untuk menampung semua siswa yang ada.

Hanya saja, di tahun ajaran baru tahun 2023 ini, jumlah siswa sedikit melonjak dari biasanya. Sehingga pihak sekolah harus membaginya menjadi dua kelas.

Sebenarnya kata dia, pihak sekolah, masih bisa memungkinkan untuk memaksakan kelas VIII, yang tadinya dua ruangan meniadi 1 ruangan. Sebab kata Yudi, jumlahnya keseluruhan kelas VIII hanya berjumlah 32 siswa saja.

“Kelas VII saat ini juga banyak, tapi tidak over sekali. Makanya akan dicek dulu. Kalau misalnya Kelas VIII ini masih bisa dipadatkan jadi satu ruangan kenapa tidak. Ruangannya untuk siswa yang belajar di dalam tenda,” tuturnya.

“Kasihan juga kalau belajar dibawah tenda seperti itu,” tambahnya.

Namun, ada juga cara lain yang bisa dilakukan pihak sekolah agar tidak menempatkan siswanya di bawah tenda. Yakni, melakukan pembagian waktu belajar. Ada siswa yang belajar pagi, dan ada yang belajar siang.

Skema seperti ini juga pernah di lalukan di sejumlah sekolah beberapa waktu lalu. Untuk mengatasi sekolah yang kekurangan RKB.

“Ini inisiatif sebenarnya, yang bisa dilakukan untuk sementara waktu,” katanya.

Untuk diketahui, sekolah tersebut dibangun sejak 2014 dengan 3 RKB dan 1 ruangn laboratorium IPA. Adapun alasan Dinas Pendidikan belum melakukan penambahan RKB, lantara harus menyesuaikan dengm jumlah siswa setiap tahunnya.

Hal ini kata Yudi, sekolah tersebut belum mendapat penambahan RKB hingga tahun 2023.

“Pertimbanganya melihat dari jumlah siswa. Namun ternyata, terjadi lonjakan. Dan tahun depan akan dilengkapi RKBnya,” pungkasnya. (*/)

Reporter: Hendra Irawan