Reporter : Hendra Irawan
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Dilema atlet Kriket Kabupaten Berau yang minim mendapatkan dukungan. Hal ini yang membuat iri dengan daerah lain. Kabar kurang enak itu datang dari atlet Kriket Berau, Berlian Duma Pare.

Menjelang keberangkatannya bersama kontingen Kalimantan Timur (Kaltim) menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) Sumatera Utara (Sumut)-Aceh, belum ada dukungan dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau. Padahal, sang atlet sudah sering mengharumkan nama daerah di tingkat nasional hingga internasional.

Meski begitu, Berlian terus berlatih, agar bisa kembali meraih prestasi maksimal di PON mendatang.

“Sejauh ini, persiapan sudah dimaksimalkan, terutama dari segi tehnik dan fisik. Meskipun, kriket Kaltim punya kendala dengan fasilitas lapangan yang tidak ada untuk di pakai bermain,” jelasnya, Kamis (15/8/2024).

“Tapi, kami tetap berusaha untuk memaksimalkan latihan dengan prasarana yang ada,” sambungnya.

16F DILEMA 1

Berbicara mengenai dukungan dari Pemkab Berau, sejauh ini Berlian bersama dua atlet Kriket lainnya, yakni Noor Ainah dan Filidia Ritonga, belum mendapatkan perhatian pemerintah daerah.

Bahkan, dirinya selama melakukan Pemusatan Latihan (Puslatda) di Samarinda, juga belum ada perhatian.

Padahal sedari Juli lalu,  dia bersama rekannya sempat melakukan try out selama sebulan di Bali dan selebihnya, latihan di Samarinda dari bulan Maret hingga sekarang.

“Kami sebenarnya juga menunggu berita baik dari Pemkab Berau untuk memberikan kami berupa uang saku untuk berangkat ke PON, seperti kabupaten lain yang memberikan perhatian ke pada atlet-atletnya beruba uang saku,” jelasnya membandingkan.

Berlian sebagai atlet, bingung harus mengajukan kemana terkait biaya vitamin dan uang saku. Bahkan, dia pernah mengajukan uang vitamin, uang saku, dan uang transportasi ke Samarinda. Dari sekian yang diusulkan, hanya uang transportasi ke Samarinda yang disetujui.

Seharusnya, kata Berlian, bukan atlet yang “mengemis”, tapi Pemkab Berau yang harus melihat kebutuhan atlet berprestasi.

“Saya  pribadi sebenarnya iri saja dengan atlet-atlet kabupaten lain. Mereka diberikan uang saku dari pemerintah kabupatennya. Sementara, Berau tidak ada. Makanya, saya juga kecewa,” terangnya.

Perlakuan tidak mengenakkan ini, dikatakannya, bukan pertama kali ini saja. Selama mengikuti PON mewakili kontingen Kaltim, dirinya tidak pernah mendapat apresiasi uang saku dari Pemkab Berau.

“Ini sudah yang ketiga kali saya ikut PON, tidak pernah ada uang saku dari Pemkab setiap berangkat PON. Jangankan PON, saya berangkat SEA Games saja, juga tidak dikasih,” ungkapnya.

“Setelah juara saja baru disanjung-sanjung dan dikasih bonus. Jadi, kita itu seperti pekerja. Bekerja dulu baru digaji. Kasarnya begitu,” sambungnya.

Berlian pun menganggap, jika olahragawan tidak bisa diapresiasi, apalagi atlet yang sudah memberikan kontribusi berupa prestasi tidak lagi dihargai dan khawatir, akan banyak atlet yang memilih membela daerah lain ketimbang daerahnya sendiri.

“Secara manusia kita ini tidak bisa munafik kalau kita juga pasti butuh uang. Jangan sampai Berau itu kehilangan atlet-atlet karena kurang mendapat perhatian,” tandasnya. (*)