Reporter : Sulaiman
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Tidak banyak yang mengenal Kampung Rantau Panjang di Kecamatan Sambaliung. Perkampungan yang masih berada di sekitaran perkotaan itu, jaraknya kira-kira 45 menit dari pusat Kabupaten Berau, Tanjung Redeb. Di daerah ini, ada warga bernama Saenuddin, yang bercerita kesuksesnnya dalam mengolah kakao lewat program PT Berau Coal.

Di sana menjadi tempat menetap Saenuddin salah seorang petani cokelat mandiri bersama keluarganya. Menetap di sebuah rumah yang nyaman dan memiliki lahan cokelat sekitar 5.000 meter persegi atau setengah hektar.

22h kakao 2

Kegiatannya sehari-hari adalah menjaga tanaman cokelatnya tetap hidup, menghasilkan buah yang baik dan menguntungkannya. Dalam kesempatan khusus, awak media bersama PT Berau Coal mengunjungi pria ramah itu.

Pada Jumat (17/7/2024) itu, sekira pukul 10.00 Wita, rombongan tiba di kediaman Saenuddin, Gang Kakao, Rantau Panjang, Sambaliung.

Dari pekarangan rumahnya, orang awam akan mengira Saenuddin adalah penjual bibit pohon, namun ketika diperhatikan secara seksama, di belakang rumahnya, terhampar ratusan pohon cokelat yang luas.

22h kakao 3

Saenuddin bercerita, lahan cokelat yang rimbun itu ia mulai tanam sejak 2018, hampir enam tahun yang lalu. Artinya, lahan yang terlihat rimbun dengan pohon-pohon cokelat jenis Hibrida 2 asal Sulawesi itu hanyalah lahan tidur. Kini, lahan itu berubah jadi pundi-pundi rupiah yang menguntungkan.

“Semangat kita menanam ini harus ada, dahulu lahan kosong kita mau menanamnya kok. Sekarang sudah berbuah dan menghasilkan, harusnya lebih semangat lagi merawatnya, karena sudah memberi penghasilan,” ujarnya di sela-sela kunjungan ke kebunnya pada Jumat (17/7/2024).

Saenuddin sendiri bukan orang yang baru terjun di dunia cokelat ini. ia bertutur, sejak 2002 ia telah menjajaki usaha cokelat ini. Dalam perjalanannya berkebun kakao, pada tahun 2018 ia terus mengasah keahliannya melalui pendampingan PT Berau Coal.

22h kakao 4

“Saya mengenal cokelat ini sudah sejak 2002, hingga saat ini,” ungkapnya menegaskan.

Di kesempatan itu, Saenuddin tidak lupa membagikan pengetahuan bahkan mempraktekkan langsung cara merawat cokelat berdasarkan pengalaman dan pendampingan yang ia terima. Mulai dari proses penanaman, hingga beberapa proses khusus yang perlu perhatian. Misalnya proses Pruning-proses memangkas daun atau batang pohon yang tidak perlu.

“Jangan terlalu banyak, kira-kira cahaya masuk, itu cukup. Kebanyakan bisa menyebabkan buah muda mati kering,” ungkapnya.

Saenuddin mengatakan, selama menggeluti dunia cokelat dari dulu hingga sekarang terdapat satu perbedaan yang paling ia rasakan, yaitu penanganan pasca panen untuk menjual cokelat itu sendiri. Melalui Berau Cocoa, Saenuddin sangat merasa terbantu.

22h kakao 5

“Berau Cocoa ini, tidak hanya menerima jual saja, tapi pendampingan dan pembinaannya tidak putus. Sedangkan kita petani, tentu juga perlu hal seperti itu,” ujarnya.

Pendampingan yang diterima Saenuddin baik melalui Berau Cocoa ataupun PT Berau Coal sangat membantu dirinya bertahan dalam menjalani usahanya. Dirinya pun berterima kasih dengan PT Berau Coal dan Berau Cocoa yang setia mendampingi dirinya selama ini.

Menurutnya, atas pendampingan tersebut, perusahaan dapat mengatasi masalah bagi petani seperti dirinya yang selama ini kesulitan mencari pasar. Jika kesulitan mencari pasar, maka produk pertanian pun akan menurun dan juga harganya bisa turun.

22h kakao 6

“Saya sangat terasa terbantu, terima kasih Berau Cocoa dan PT Berau Coal atas pendampingan yang diberikan dan juga dukungan dalam membuka akses pasar bagi petani,” pungkasnya.

Terpisah, Coordinator of Community Enterprise Development Dept PT Berau Coal, Yandi Rama Krisna, mengatakan bahwa kepiawaian Saenuddin dalam melakukan budidaya cokelat ini sangat baik. Mulai itu dari pembibitan hingga usai panen dilakukan.

“Prosedur yang pernah kita sampaikan dijalankan dengan baik,” ujarnya.

“Beliau, dalam menjual hasil panen, tak hanya basah. Tetapi sudah sampai pada tahap fermentasi, sehingga dari hulu ke hilir lah,” tambahnya.

Menurut Yandi, kemandirian petani merupakan salah satu fokus upaya pendampingan yang dilakukan oleh PT Berau Coal Melalui Berau Cocoa.

Melalui dukungan kepada petani dari pengembangan kebun hingga membantu akses pasar diharapkan dapat menggerakan industri kakao di Berau yang juga akan berdampak pada kesejahteraan dan kemandirian ekonomi petani.

“Kami harap dari program-program yang kami telah jalankan dalam pengembangan sektor perkebunan kakao di Berau bersama Pemerintah Daerah, dapat mendukung peningkatan ekonomi masyarakat, khususnya petani kakao yang menjadi aktor utama sektor ini,” jelas Yandi. (*)