Sangatta – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Novel Tyty Paembonan, menyoroti berbagai faktor penyebab kasus gagal ginjal pada anak, termasuk faktor lingkungan, pola makan, dan tingkat kesejahteraan keluarga.

Menurut Novel, gagal ginjal pada anak bisa dipengaruhi oleh faktor keturunan, serta pola makan dan konsumsi makanan yang tidak sehat.

“Gagal ginjal pada anak, bisa karena keturunan. Kemudian bisa karena lingkungan, seperti pola makan, tingkat kesejahteraan keluarga, dan konsumsi makanan yang berlebihan,” jelas Novel.

Ia menambahkan bahwa pemerintah saat ini sedang menggodok peraturan untuk membatasi promosi makanan yang terlalu manis sebagai salah satu langkah preventif. Hal ini bertujuan untuk mengurangi risiko gagal ginjal yang seringkali disebabkan oleh pola makan tidak sehat, termasuk konsumsi makanan yang banyak mengandung gula.

“Faktor gaya hidup juga sangat berperan. Banyak anak-anak yang terkena diabetes akibat pola makan yang tidak sehat, yang dikenal sebagai sindrom metabolik. Konsumsi makanan tidak sehat, seperti jajanan di sekolah dan di toko-toko, menjadi salah satu sumber masalah ini,” tambahnya.

Novel mengusulkan agar pemerintah berperan aktif dalam merangkul pedagang kaki lima (PKL) dan membimbing mereka untuk menjual makanan sehat. Ia berharap PKL bisa mendapatkan dukungan dan pengarahan untuk menjual makanan yang lebih baik.

“Saya punya harapan PKL yang berdagang, baik yang bergerak maupun tidak, dapat dibantu oleh pemerintah. Penjual makanan seperti pentol dan teh manis harus diakomodir dan diberi pengarahan untuk berjualan makanan sehat,” ujarnya.

Dia juga menyarankan agar pemerintah memberikan modal usaha kepada PKL, sehingga mereka dapat lebih mudah bertransisi ke penjualan makanan sehat.

“Pemerintah bisa memberikan kredit lunak kepada pedagang, misalnya untuk membeli motor yang bisa digunakan untuk berjualan. Ini lebih manusiawi dan membantu mereka berjualan dengan lebih baik,” tambah Novel.

Novel menegaskan bahwa penting bagi pemerintah untuk memastikan bahwa makanan yang dijual tidak mengandung bahan berbahaya. “Kita harus tekankan agar makanan yang dijual adalah makanan sehat, tanpa bahan pewarna dan bahan makanan yang tidak layak. Ini demi kesehatan anak-anak kita,” pungkasnya. (Adv)