TANJUNG REDEB – Kondisi keuangan Kabupaten Berau diprediksikan akan kembali merosot pada tahun 2022 mendatang. Hal ini disebabkan pandemik COVID-19 yang sampai saat ini belum jelas kapan akan berakhir. Dana transfer dari pusat menjadi salah satu pendukung, di samping kerjasama dengan para pemodal atau investor.
Meski begitu, situasi keuangan Negara yang juga terpukul, berdampak terhadap nilai dana transfer ke daerah.Menyikapi hal itu, Bupati Berau Sri Juniarsih meminta Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk tidak melulu berharap kepada dana transfer pusat. Meski diakuinya, aliran APBN ke daerah sangat berpengaruh terhadap pembangunan saat ini.
“Sebenarnya sangat mempengaruhi dana transfer pusat. Tapi kita di daerah jangan selalu mengharapkan dana transfer,”ujarnya belum lama ini.
Sri menegaskan, bahwa semua OPD harus mampu berinovasi menciptakan produk yang dapat menunjang pendapatan daerah. Dengan demikian, kedepan bisa lebih mandiri dengan pendapatan yang lebih tinggi. Sehingga tidak lagi bergantung pada transfer pusat.
Terlebih, Berau kaya dengan sumber daya alam, sehingga perlu dikelola lebih maksimal.
“Kita punya potensi yang luar biasa. Kalau menyangkut APBD kita memang memprihatinkan sekarang, tapi jangan terus prihatin. Tapi bagaimana kita mengelola dana yang ada dengan kinerja yang bagus. Supaya dana yang ada dengan kemampuan kerja, dampaknya luar biasa,”bebernya.
Lebih lanjut, dia juga mengemukakan soal pelibatan masyarakat dalam mengelola potensi di Berau. Terlebih dalam situasi pandemi ini, masyarakat dituntut lebih berkontribusi untuk kepentingan daerah termasuk untuk kepentingan masyarakat itu sendiri.
“Libatkan masyarakat kelola daerah mereka masing-masing. Situasi pandemi, relatif ekonomi menurun.Tetapi pembangunan harus melalui rakyat, bukan hanya melalui lembaga pemerintah agar ekonomi kembali bergairah,” terangnya.
Menurutnya, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Berau harus mengerahkan kekuatan masyarakat. Dia menekankan hal itu pula kepada para kepala OPD. Sehingga masyarakat di Berau semakin kreatif dan inovatif.
Misalnya, melalui produk lokal seperti batik, bayangkan jika dalam satu rumah tangga minimal 2 orang orang yang menggunakan batik lokal. Maka siapa yang diuntungkan kalau bukan rakyat itu sendiri, terutama pengrajin batik. Batiknya laris, maka ekonomi berputar. Dengan begitu kekuatan ekonomi lokal kita akan tumbuh. “Kalau ekonomi lokal kita kuat PAD meningkat maka. tidak ada masalah dana transfer turun. Sehingga sekarang ini bagaimana pola pikir masyarakat yang harus diubah,” tutupnya.(*)