Foto: Pengembangan Budidaya ikan di Berau binaan Dinas Perikanan Berau.
TANJUNG REDEB – Hasil tangkapan ikan sektor perikanan budidaya menjadi salah satu metode bisnis yang cukup menjanjikan di Bumi Batiwakkal. Rata-rata setiap tahun sektor tersebut menyumbang sekitar 2,3 sampai 2,4 ribu ton.
Menurut data, pada sub sektor perikanan budaya menggunakan metode tambak, kolam, keramba hingga budidaya ikan di laut alias KJA, menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil.
Pada 2017 hasil budidaya mencapai 2.200 ton. 2018 mencapai 2.344 ton. Sedikit meningkat pada 2019 mencapai 2.356 ton. Penurunan terjadi pada masa pandemi pertengahan, pada 2020 lalu hasil tangkapan menurun pada 2.259 ton.
Kemudian kembali meningkat pada periode 2021, mencapai 2.380. Kemudian pada 2022 lalu, peningkatan mencapai target, menyentuh angka 2.403 ton selama setahun. Menurut angka diatas, tidak menunjukkan angka yang anjlok. Meski sempat dihantam pandemi Covid-19.
Kepada Berau Terkini, Kepala Dinas Perikanan Berau Dahniar, menyatakan saat ini produksi tambak untuk udang windu masih unggulan di Berau. Sebab, pasar udang tersebut itu memiliki permintaan yang jelas.
“Masih jadi unggulan ya udang windu, permintaan pasarnya memang tinggi,” kata Dahniar, Selasa (13/6/2023).
Meski begitu menjanjikan, produksi udang windu saat ini masih dinilai terlalu mahal. Sehingga saat terjun ke lapangan, Dinas Perikanan Berau kerap mendapatkan keluhan oleh para peternak udang tambak tersebut.
“Memang pakan udang windu cukup mahal, sehingga harga jualnya ke pasar lokal cukup tinggi,” ujarnya.
Lebih jauh, dia menjelaskan letak geografis Berau menjadi salah satu faktor harga pakan cukup tinggi. Saat ini, pengiriman pakan didatangkan langsung dari luar pulau. Yakni Surabaya, Jawa Timur.
Sementara, pelabuhan bongkar barang berada di Samarinda dan Balikpapan. Membutuhkan pengiriman cargo lagi untuk sampai ke Berau. Proses yang panjang tersebut yang mengakibatkan harga pakan udang windu di Berau menjadi mahal.
“Makanya para penambak dan nelayan banyak yang membuat pakan secara mandiri, seperti di wilayah pesisir,” sebutnya.
Selain itu, dalam pengembangan pengetahuan hingga pemasaran produk pertambakan, Pemkab Berau kerap melibatkan pihak ketiga alias perusahaan. Sebab, produksi udang windu mendapatkan minat hingga pasar mancanegara yang juga menjadi mitra perusahaan.
“Kita memanfaatkan jejaring perusahaan dalam pemenuhan kebutuhan pasar ekspor. Karena Berau ini menjadi salah satu yang terbesar di Kaltim dalam bisnis ekspor udang windu,” ujarnya.
Dia juga menerangkan, bila pasar udang windu di Berau masih bertumpu di pasar lelang ikan Tarakan. Sehingga data perkembangan ekspor dimiliki oleh Tarakan.
Pemkab pun tak hanya tinggal diam atas kondisi itu. Saat ini, Berau kebagian Bantuan Keuangan alias Bankeu dari Pemprov Kaltim untuk pembangunan Tempat Pelelangan Ikan alias TPI di Tanjung Batu.
Bila TPI tersebut telah beroperasi sesuai rencana pada tahun ini, bukan tidak mungkin proses ekspor dapat dilakukan langsung di Berau. Melalui jalur laut di Maratua yang berbatasan langsung dengan Filipina.
“Kami terus berupaya untuk mengembangkan sektor ini. Semoga tahun ini bisa semakin meningkat hasil pertambakan di Berau,” harap dia. (*/ADV)
Reporter: Sulaiman