TANJUNG REDEB,- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan penyebab suhu panas ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di Indonesia dalam beberapa waktu terakhir. Menurut BMKG, suhu di beberapa daerah berpotensi mencapai 37 hingga 38,4 derajat Celsius.
Penyebab Cuaca Panas
Guswanto, Deputi Bidang Meteorologi BMKG, menjelaskan bahwa suhu panas ini disebabkan oleh gerak semu Matahari.
“Panas yang terjadi saat ini merupakan siklus panas terik harian akibat pergerakan semu Matahari. Pada bulan Oktober, posisi Matahari berada di sekitar 8 hingga 9 derajat Lintang Selatan,” ungkap Guswanto saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (29/10).
Ia menambahkan bahwa hal ini menyebabkan wilayah seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara menerima sinar Matahari langsung dengan intensitas tinggi. Selain itu, wilayah selatan Indonesia masih berada dalam musim kemarau, yang sedang menuju musim penghujan.
Guswanto menyoroti bahwa minimnya tutupan awan di wilayah selatan, khususnya di Jawa Timur, Bali, dan Nusa Tenggara, disebabkan oleh pengaruh angin Muson Timur.
“Akibatnya, suhu di wilayah selatan menjadi lebih tinggi,” jelasnya.
Kondisi Cuaca Cerah
Andri Ramdhani, Kepala Pusat Meteorologi BMKG, menambahkan bahwa selama bulan Oktober, sebagian besar wilayah Indonesia, terutama dari Jawa hingga Nusa Tenggara, mengalami kondisi cuaca cerah dengan minimnya pertumbuhan awan, terutama pada siang hari.
“Kondisi ini menyebabkan penyinaran Matahari ke permukaan Bumi tidak terhambat secara signifikan oleh awan, sehingga suhu di luar ruangan terasa sangat terik,” jelas Andri.
Dia juga mencatat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia di selatan ekuator masih mengalami musim kemarau, sementara beberapa daerah lain mulai memasuki masa peralihan musim antara Oktober dan November.
Oleh karena itu, kondisi cuaca cerah diperkirakan akan terus mendominasi.
Potensi Suhu Panas Berlanjut
BMKG memperingatkan masyarakat untuk mewaspadai dampak dari suhu panas yang berpotensi “memanggang” beberapa daerah di Indonesia. Menurut laporan, suhu maksimum lebih dari 37-37,8 derajat Celsius telah terdeteksi di wilayah Majalengka, Jawa Barat, Semarang, Jawa Tengah, hingga Bima, Nusa Tenggara Barat, dalam 24 jam terakhir.
Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Fenomena Khusus BMKG, Miming, menyatakan bahwa kondisi ini masih terkait dengan minimnya tutupan awan dan pergerakan semu Matahari di atas khatulistiwa.
Meskipun demikian, berdasarkan pengamatan BMKG, kondisi ini masih tergolong biasa dan tidak berdampak signifikan pada perubahan musim di Indonesia.(*)