TANJUNG REDEB – Prestasi Berau dalam hal pengelolaan perpustakaan ternyata menginspirasi daerah lain. Pada pekan lalu, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Paser melakukan studi banding ke Berau. Maklum, dalam 5 tahun terakhir, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Berau selalu mencatatkan prestasi baik di level provinsi maupun nasional.
Rombongan dari Paser disambut oleh Plt Kepala Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Berau, M Hendratno, MH, AP beserta jajarannya, Kamis 18 November 2021. Delegasi dari Paser dipimpin Kepala Dinas Kearsipan Dan Perpustakaan Kabupaten Paser H. M Yusuf Sumako, SH, MHum.
Selain berdiskusi tentang pengelolaan perpustakaan di Kabupaten Berau, agenda kunjungan kerja juga meninjau perpustakaan di SMAN 7 Berau. Sebelumnya, sekolah tersebut meraih juara 1 lomba perpustakaan tingkat Provinsi Kalimantan Timur. Juga, masuk dalam kelompok 10 besar tingkat nasional.
Kunjungan kerja juga meninjau pengelolaan perpustakaan di level kampung. Tepatnya di Kampung Pegat Bukur, Sambaliung. Pengelola perpustakaan di kampung tersebut sebelumnya meraih juara 1 lomba perpustakaan kampung tingkat provinsi, dan juara 1 tingkat nasional tahun 2020.
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Paser mengaku mendapat banyak masukan serta informasi bagaimana perpustakaan di Berau bisa menjadi juara. Di antaranya juga dalam meraih akreditasi, jumlah judul buku yang dimiliki oleh perpustakaan, serta sistem yang digunakan yang sudah otomasi. Instrumen itulah yang harus dimiliki oleh perpustakaan sekolah maupun kampung
Pengelolaan perpustakaan di Berau juga telah merancang program unggulan yang dilaksanakan dalam jangka pendek, menengah, maupun jangka panjang. Hal yang juga sangat penting adalah tenaga perpustakaan yang terlatih, dan layanan perpustakaan yang sangat informatif menjadi tolok ukur penilaian. Selain itu, yang menjadi nilai tambah utama adalah inklusi sosial, di mana perpustakaan melibatkan individu atau kelompok masyarakat dalam melaksanakan program kerjanya.
Standard seperti itulah yang selama ini sudah diaplikasikan pada perpustakaan di Berau. Pada kesempatan yang sama, di SMAN 7 Berau juga melakukan pelatihan membatik bagi siswa dan masyarakat. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat dengan penjualan kerajinan batik tulis.
Sedangkan di Kampung Pegat Bukur, kegiatan perpustakaan juga dibarengi membangun Sekolah Alam dengan fasilitas rekreasi, outbond yang dapat dinikmati siswa dan warga. Fasilitas itu untuk menunjang kegiatan belajar dan di dalamnya terdapat pojok literasi. Tujuannya, pengunjung dapat membaca dengan nyaman di alam terbuka.
Sementara itu, dalam pemaparannya, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Paser ternyata merespons dengan baik perubahan pada era digital. Pasalnya kaum millennial hari ini lebih dekat dengan dunia digital. Hal itu ditanggapi dengan melakukan transformasi pada perpustakaan daerah, satu di antaranya dengan membangun studio mini untuk memutarkan film-film dokumenter.
Demi menarik minat masyarakat berkunjung, juga dibangun kafe literasi yang dibuka selama 24 jam. Harapannya, untuk menarik lebih banyak lagi pengunjung perpustakaan.
Terobosan lain adalah dengan mewajibkan tiap siswa sekolah untuk mengadakan kunjungan ke perpustakaan. Selain itu, Pemkab Paser mewajibkan kepada setiap ASN untuk menyumbangkan sebuah buku ke perpustakaan daerah.
Saling bertukar informasi dan memberi motivasi adalah agenda utama dalam pertemuan ini. Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Berau pun dapat banyak belajar tentang apa yang belum dilakukan. Hal baik akan terus diupayakan sehingga dapat lebih memajukan perpustakaan di Kabupaten Berau, dan literasi dapat kembali diminati.
Seperti sebuah pepatah “Buku adalah jendela Dunia.“ Layaknya jendela dalam sebuah kamar, kita bisa melihat indahnya pemandangan di luar sana tanpa harus menjelajahinya secara langsung. Begitu pula dengan buku, sebuah kumpulan informasi, memberikan ilmu serta pengalaman yang dapat membangun imajinasi manusia. Namun, seperti yang kita ketahui bahwa popularitas dari sebuah buku itu kini mulai pudar seiring dengan perkembangan teknologi.
Keberadaan teknologi yang terus berkembang muncul “jendela dunia” yang baru. Seperti; smartphone, laptop, serta gadget-gadget dan perangkat lainnya yang bisa dengan mudah menyimpan. Akan tetapi, kemudahan yang kita dapatkan dari teknologi hanya sebatas informasi yang dibutuhkan saja.
Tidak seperti buku yang ketika kita mencari suatu informasi pada buku, kita tidak hanya mendapat informasi yang kita inginkan, akan tetapi ada banyak informasi lain yang akan kita dapatkan darinya.
Di sisi lain, membaca buku dapat membuat kita menjadi seorang yang lebih terbuka, imajinatif, dan kritis. Sehingga, kita tak mudah terprovokasi, serta menggugah rasa ingin tahu kita terhadap permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Semoga tidak menjadi ironi bahwa negara yang terbentuk dari hasil perjuangan para cendekiawan dan intelektual yang tanpa lelahnya menimba ilmu hingga ke luar negeri, namun kita sebagai generasi penerus justru kehilangan minat dalam membaca dan mendapatkan ilmu.(*)
Penulis: Titia Rani Tyas Dita, SSos, ME
(Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kabupaten Berau)