Foto: Upacara adat di Kampung Bena Baru.

SAMBALIUNG – Konsistensi masyarakat dalam menjaga kebudayaan asli nenek moyang, ditunjukkan warga asli suku Dayak di Kampung Bena Baru. Kampung tersebut menjadi bagian dari desa budaya yang dimiliki Berau. Berada persis di Kecamatan Sambaliung.

Desa budaya Bena Baru dihuni mayoritas dari suku Kenyah Badeng dengan jumlah 800 jiwa dan 145 kepala keluarga. Mayoritas masyarakat di desa ini berprofesi sebagai petani dan membuat kerajinan tangan khas Dayak Kenyah.

Masyarakat Kenyah di Bena Baru ini awalnya berasal dari masyarakat Kenyah Badeng di Long Bena, Pujungan, Apau Kayan.

Dulunya suku Kenyah bermigrasi dari Long Bena menuju Kecamatan Sambaliung, dengan cara berlayar melewati sungai Kelay sekitar 1980 hingga 1982. Migrasi dilatari peningkatan taraf ekonomi serta untuk mendekatkan diri dengan pendidikan dan pelayanan kesehatan agar anak-anak mereka mendapatkan pendidikan yang layak.

Di perkampungan ini tradisi leluhur adat istiadat suku Kenyah masih terjaga dengan baik seperti halnya di semua desa yang dihuni mayoritas Kenyah di Provinsi Kalimantan Timur dan Provinsi Kalimantan Utara.

Para turis yang berkunjung ke desa ini dapat menyaksikan beragam atraksi kesenian dan budaya khas suku Kenyah di balai adat bena baru seperti pesta adat, ukiran, kerajinan tangan manik, anyaman, tari-tarian (kanjet).

Tari-tarian tersebut selalu diiringi alat musik tradisional khas dari suku Kenyah seperti sambe’ atau sampe’, jatung utang, lutung, dan alat musik tradisional lainnya.

Tradisi Tahunan Kampung Bena Baru, Disebut Oma Daya

Oma Daya, itulah nama tradisi tahunan masyarakat suku dayak di Kampung Bena Baru, Kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau saat perayaan natal dan tahun baru. Tradisi ini merupakan salah satu kegiatan yang dimaksudkan untuk bersilahturahmi antar warga kampung serta bentuk syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Secara harfiah Oma Daya berasal dari dua suku kata bahasa dayak setempat, yakni oma yang berarti sejumlah rumah dan daya artinya hulu. Maka oma daya dapat diartikan sebagai kampung sebelah hulu.

Secara umum, makna dari tradisi tersebut yakni menggambarkan bagaimana suasana kelompok masyarakat yang berada di kampung hulu berbondong-bondong datang untuk bersilahturahmi ke kampung yang berada di hilir, atau Oma Aba.

Hal tersebut terlihat pada puncak perayaan Oma Daya. Masyarakat kampung mengenakan pakaian adat dayak serta pernak pernik khasnya berjalan kaki bersama-sama memasuki balai kampung untuk mengikuti rangkaian acara.

Setiap tahunnya, kala hendak menjemput masa pergantian tahun dan natal. Masyarakat sengaja melakukan upacara besar untuk giat itu untuk mengutarakan rasa syukur kepada sang pencipta.

Ada berbagai rangkaian kegiatan yang disajikan dalam perayaannya, diantaranya adalah dimulai dari masyarakat berbaris dan saling bersapa kemudian menuju ke balai kampung, selanjutnya di balai kampung akan dibuka dengan doa pembukaan oleh pendeta diteruskan dengan jamuan makan bersama, hiburan berupa tarian, renungan singkat hingga doa penutup.

Biasanya pemuda adat Bena Baru bakal menggelar pergelaran seni, budaya dan olahraga dengan waktu pelaksanaan selama 1 minggu. Namun kali ini masyarakat harus menggelar secara sederhana maka rangkaian kegiatan hanya berupa syukuran selama 1 hari.

Sementara itu, untuk perayaan Oma Daya maupun Oba Aba diakui baru di tahun 2021-2022 kali ini dapat terlaksana, sedangkan tahun 2019 dan 2020 sebelumnya tidak dapat terlaksana karena kasus pandemi yang meningkat sehingga larangan untuk mengumpulkan massa dalam jumlah banyak menjadi perhatian pemerintah. (*/ADV)

Reporter: Sulaiman