Foto: Tangkapan layar nelayan yang disinyalir melekukan penangkapan ikan gunakan bom.
TANJUNG REDEB- Dugaan aktivitas ilegal fishing dengan menggunakan bom ikan terjadi di sekitar perairan Pulau Blambangan, Kecamatan Maratua, Jumat (17/03/2023) kembali terjadi.
Informasi itu disampaikan Ketua Masyarakat Peduli Penyu (Malipe) Muhammad Ardian. Dijelaskannya, kejadian itu terjadi pada Jumat, sekira pukul 08.00 Wita.
Di mana saat itu terdapat salah satu kapal nelayan yang diduga berasal dari Kecamatan Maratua melakukan pengeboman tidak jauh dari posko monitoring ranger Malipe di Pulau Blambangan tersebut.
Saat itu kata dia, ada 3 orang Ranger di sana sedang memasak di dapur. Tiba-tiba, terdengar suara ledakan besar sekali. Salah satu ranger sempat keluar untuk melihat dari sumber ledakan.
“Ternyata ada nelayan ngebom ikan di sana. Jaraknya 100 meter dari bibit pantai, tidak jauh deri posko monitoring,” ujarnya.
Kejadian itu kemudian dilaporkan kepadanya, kebetulan di posko monitoring tersebut sudah dilengkapi dengan fasilitas jaringan telekomunikasi.
Memdapat laporan adanya dugaan pengeboman ikan tersebut, dirinya langsung melakukan koordinasi dengan Polsek Maratua, agar dapat ditindaklanjuti.
“Namun karena gelombang tinggi, terpaksa keberangkatan menuju Pulau Blambangan ditunda. Kebetulan ada yang mengenali terduga pelaku, bahwa mereka tinggal di Maratua,” jelasnya.
Dijelaskannya, aktivitas dugaan pengeboman itu baru terjadi di sekitar perairan Blambangan di tahun 2023 ini. Untuk tahun 2022 lalu, juga ada 1 laporan aktivitas serupa, namun lokasinya berada di titik lain.
“Baru sekali ini. Kebetulan memang ikan yang ada di sekitar Blambangan ini, cukup banyak. Itu mungkin yang membuat mereka melakukan pengeboman ke Blambangan,” jelasnya.
Dirinya berharap, seluruh instansi terkait dapat memberikan tindakan tegas kepada para pelaku atau oknum nelayan, yang menangkap ikan menggunakan alat tangkap dilarang.
Sebab jika tidak ada tindakn tegas, aktivitas itu tetap akan terjadi. Apalagi kata Dia, dampaknya sangat merusak ekosistem di sekitarnya.
“Itu untuk efek jera, kalau selalu diberi kebijaksanaan peristiwa ini akan kembali terjadi,” pungkasnya. (/*)
Reporter: Hendra Irawan