Foto: DPRD Berau sat gelar RDP dengan Manajemen RSUD dr Abdul Rivai
TANJUNG REDEB – DPRD Berau menggelar rapat dengar pendapat (RDP) dengan pihak Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Abdul Rivai, dan Dinas Kesehatan (Dinkes), Bapelitbang, dan juga DPUPR Berau, Senin (9/1).
Dalam RDP itu, Dirut RSUD dr Abdul Rivai, Jusram menyampaikan, saat ini kebutuhan ruangan menjadi hal prioritas bagi rumah sakit. Pasalnya, dengan ruangan yang ada sekarang, dibanding jumlah penduduk Kabupaten Berau, khususnya yang berobat ke rumah sakit itu, sudah tidak sebanding dengan kapasitas ruangan yang ada.
“Ketersediaan ruangan yang paling banyak menjadi keluhan,” katanya.
Ia menambahkan, masalah berikutnya adalah kerap terjadi kesalahpahaman antara pasien yang dirawat dengan petugas kesehatan di rumah sakit. Boasanya, itu terjasi karena banyak pasien menganggap dirinya terlalu lama di Unit Gawat Darurat (UDG). Padahal, ruangan yang tidak memadai sehingga memaksa pasien tersebut harus tertahan di IGD.
“Ini yang sering terjadi. Apalagi, ruangan rawat inap jumlahnya sangat terbatas, sehingga memaksa alih fungsi IGD menjadi tempat rawat inap. Sehingga, solusinya adalah penambahan rumah sakit,” ujarnya.
Ia juga menyinggung soal, ruang operasi ada tiga. Dengan delapan operator operasi. Secara logika mengkalkulasi setiap operator itu memiliki tiga pasien yang akan dioperasi, maka dalam waktu satu hari, akan ada 24 orang yang akan dioperasi, satu operasi memakan waktu hingga 3 jam.
Itu tentu tidak cukup satu hari, sehingga harus diberlakukan daftar tunggu. Hal ini menurut Jusram, menjadi menjadi pekerjaan rumah bagi pihaknya.
Makanya, pihaknya sangat mendukung pembangunan rumah sakit baru. Dengan demikian, bisa menambah ruangan operasi untuk mengurangi banyaknya daftar tunggu tersebut.
“Ini juga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Berau,” jelasnya.
Tidak itu saja kata dia, rumah sakit plat merah itu juga, kekurangan tenaga anastesi. Diketahui, dokter anastesi di rumah sakit tersebut hanya ada satu. Saat ini, pihaknya sudah berupaya mencari tenaga tambahan namun karena rumah sakit di Berau hanya dua, banyak dokter anastesi yang menolak.
“Kami sudah mencari tenaga dokter anestesi di luar. Persoalnnya, rumah sakit di Berau hanya ada satu. Sementara, dokter anestesi ini adalah dokter spesialis yang tidak praktek. Sehingga mereka hanya mengandalkan rumah sakit. Semakin banyak rumah sakit, semakin betah mereka di Berau,” tuturnya. (/)