TANJUNG REDEB – Program pelatihan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang seringkali dinilai tidak merata dan hanya menjangkau peserta yang sama berulang kali mendapat tanggapan dari Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau. Mereka mengungkap skema yang telah diterapkan untuk memastikan program pemberdayaan berjalan lebih efektif dan adil.

Isu ini sebelumnya sempat menjadi sorotan nasional, di mana beberapa UMKM dikhawatirkan menjadi terlalu bergantung pada fasilitas pelatihan ketimbang fokus pada produksi dan kemandirian usaha. Menjawab tantangan tersebut, Diskoperindag Berau menerapkan dua strategi utama, yaitu rotasi dan penargetan.

Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, menjelaskan bahwa kunci pertama adalah pemerataan kesempatan melalui sistem bergilir.

“Kita sudah gunakan skema itu, jadi semua UMKM yang terdata di Diskoperindag bisa mendapatkan kesempatan pelatihan yang sama,” jelasnya beberapa waktu lalu.

Selain pemerataan, kunci kedua adalah relevansi atau ketepatan sasaran. Menurut Eva, pelatihan akan menjadi efektif jika pesertanya benar-benar sesuai dengan materi yang diberikan. Pihaknya selalu menyesuaikan daftar peserta dengan jenis pelatihan yang digelar.

“Misalnya kalau pelatihan kerajinan maka pesertanya juga para pengrajin, kalau pelatihan seputar kuliner maka pesertanya ya UMKM yang bergerak di bidang kuliner juga,” jelasnya.

Dengan menerapkan metode rotasi dan penargetan yang spesifik ini, Diskoperindag Berau berupaya mengubah pelatihan dari sekadar kegiatan seremonial menjadi alat pemberdayaan yang efektif. Tujuannya jelas, yaitu mendorong UMKM untuk benar-benar mandiri dan mampu bersaing secara berkelanjutan. (Adv/Aya)