TANJUNG REDEB – Anggapan bahwa program pelatihan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seringkali tidak merata dan hanya menyasar peserta yang itu-itu saja dijawab oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau. Menurut dinas, masalah ini berakar dari kesenjangan informasi yang perlu dijembatani bersama.

Banyak pelaku UMKM, terutama yang belum tergabung dalam komunitas, merasa kesulitan mendapatkan akses informasi program. Di sisi lain, pemerintah dan lembaga penyelenggara juga menghadapi tantangan dalam menjangkau target peserta yang tepat karena data yang terbatas.

Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, menjelaskan bahwa untuk mengatasi masalah ini, diperlukan komunikasi aktif dari para pelaku usaha itu sendiri.

“Karena keterbatasan update data para pelaku UMKM ini, kita terkadang susah juga menentukan target peserta pelatihan. Kita harapkan para pemilik usaha bisa melaporkan ke Diskoperindag secara berkala,” ujar Eva belum lama ini.

Menurutnya, tanpa data yang komprehensif mengenai kondisi dan tingkat kesiapan usaha, program yang dirancang seringkali menjadi terlalu umum dan kurang efektif.

“Penyelenggara program tidak punya cukup visibilitas data yang komprehensif. Akibatnya, program yang disusun sering terlalu umum dan tidak mampu menjawab kebutuhan riil peserta,” tambahnya.

Untuk itu, Diskoperindag mendorong semua pelaku UMKM di Berau agar terdaftar dan proaktif dalam memperbarui data perkembangan usahanya. 

Komunikasi dua arah yang lancar ini diyakini akan menjadi kunci untuk menciptakan program bantuan dan pelatihan yang jauh lebih berkualitas.

“Kalau kita tahu perkembangan usahanya, maka akan diketahui juga kebutuhannya seperti apa, sehingga bantuan dan pelatihan itu bisa lebih tepat sasaran,” pungkasnya. (Adv/aya)