LOMBOK – Ini sosok Juliana Marins, WNA Brasil yang mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Rinjani di NTB.

Seorang pendaki yang merupakan Warga Negara Asing (WNA) Brasil mengalami kecelakaan saat mendaki Gunung Rinjani. Pendaki bernama Juliana De Souza Pereira Marins atau Juliana Marins terjatuh ke dalam jurang sedalam 600 meter.

Juliana Marins baru berhasil dievakuasi pada Selasa (24/6/2025) setelah terjatuh pada Sabtu (21/6/2025), saat dievakuasi Tim SAR menyatakan nyawa Juliana Marins sudah tidak bernyawa.

Peristiwa ini mendapat sorotan dari warga Brasil, sejumlah warganet Brasil mempertanyakan proses evakuasi yang tak mampu menyelamatkan nyawa Juliana Marins.

Lalu siapa sebenarnya Juliana Marins? Dilansir dari Beritasatu dikutip dari media Brasil, g1, Juliana Marins adalah seorang perempuan asal Brasil yang lahir pada 24 Agustus 1998 di Niterói, wilayah metropolitan Rio de Janeiro.

Perempuan usia 27 tahun itu dikenal sebagai pribadi yang aktif dan multitalenta. Dia merupakan lulusan jurusan periklanan dan publisitas dari Universitas Federal Rio de Janeiro (UFRJ) dan berkarier sebagai publisis profesional.

Tak hanya berkarier di bidang kehumasan, Juliana Marins juga dikenal sebagai seorang penari pole dance, sebuah aktivitas yang menuntut kekuatan fisik dan ketahanan tinggi. Hal itu kerap ia tunjukkan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya @ajulianamarins. Selain itu, Juliana Marins juga gemar bepergian dan menjalani gaya hidup sebagai traveller.

Sebelum mendaki Gunung Rinjani, ia telah mengunjungi berbagai negara di Asia Tenggara seperti Filipina, Thailand, dan Vietnam sejak Februari 2025. Perjalanan spiritual dan eksploratifnya tampak jelas dari berbagai dokumentasi yang ia bagikan di media sosial.

Pendakian Gunung Rinjani Bakal Dievaluasi

Usai kecelakaan yang menyebabkan WNA Brasil meninggal dunia, pihak Pemprov NTB akan mengevaluasi sistem pendakian di Gunung Rinjani.

“Tentunya kami juga sudah sampaikan kepada keluarga korban, kami akan coba memperbaiki dari sisi regulasi terkait proses pendakian dari turis luar maupun domestik yang ada, agar Rinjani tentunya menjadi destinasi dunia,” ujar Wakil Gubernur NTB Indah Dhamayanti dikutip Beritasatu.

Pemerintah daerah juga akan menyusun regulasi baru guna meminimalisir risiko kecelakaan bagi pendaki, baik lokal maupun mancanegara, dengan menggandeng pihak-pihak terkait.

“Kami akan meminimalisir ini, kejadian ini tidak boleh terulang kembali. Jadi, saya harapkan dukungan dari media juga agar menyampaikan hal-hal ini agar menjadi perbaiki ke depannya,” lanjutnya.

Terkait proses evakuasi jenazah yang dinilai lamban, Indah menegaskan bahwa kendala utama berasal dari cuaca ekstrem dan medan geografis yang sulit, bukan karena kurangnya kesiapan tim SAR.

“Mohon dibantu agar bisa diluruskan pemberitaan yang mungkin salah, karena kita ketahui bersama yang kita dapatkan, tim langsung bergerak menuju ke lokasi, tetapi karena faktor cuaca dan geografis medan yang ada di Gunung Rinjani, yang berubah-ubah pada setiap waktu agak mempersulit evakuasi yang ada,” katanya.

Sejak informasi pertama diterima, menurutnya, Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal telah mengupayakan bantuan helikopter dari PT Amman Mineral untuk mempercepat evakuasi.

“Tetapi, itu tadi, kendala cuaca, kemudian Brimob, komandan Brimob langsung memimpin evakuasi bersama Basarnas. Itu adalah perjuangan semua pihak, keluarganya sangat memahami setelah melihat cuaca di Sembalun,” ujar Indah.