THAILAND – Bocornya percakapan antara PM Thailand dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen membuat pemerintahan Paetongtarn Shinawatra terancam.
Percakapan antara Perdana Menteri (PM) Thailand Paetongtarn Shinawatra dengan mantan pemimpin Kamboja Hun Sen bocor ke publik. Percapakan itu diketahui membahas kondisi hubungan kedua negara yang tengah memanas akibat sengketa batas wilayah.
Publik Thailand dibuat geram dengan pernyataan Paetongtarn Shinawatra dalam percakapan yang bocor ke publik itu, sebab PM Thailand menyebut Hun Sen sebagai “paman” dan bersikap lunak dengan negara tetangganya itu.
Tak sampai di sana, Paetongtarn Shinawatra juga menyebut pimpinan milter Thailand hanya ingin terlihat keren dengan kondisi konflik yang memburuk antara Thailand-Kamboja.
Dikutip dari Beritasatu, percakapan telepon yang bocor pada 15 Juni 2025 tersebut telah dikonfirmasi keasliannya oleh kedua tokoh.
“Dia hanya ingin terlihat keren dan mengatakan hal-hal yang tidak berguna bagi bangsa, tetapi sebenarnya yang kami inginkan adalah perdamaian,” ujar Paetongtarn kepada Hun Sen melalui penerjemah dalam percakapan yang bocor dan merujuk pada sang jenderal.
Menanggapi rekaman tersebut, Paetongtarn Shinawatra mengatakan kepada wartawan bahwa percakapannya adalah bagian dari strategi diplomasi. Ia menegaskan tidak memiliki masalah dengan militer Thailand.
“Saya tidak akan berbicara secara pribadi dengannya (Hun Sen) lagi karena ada masalah kepercayaan,” katanya.
Usai bocornya percakapan tersebut, Paetongtarn Shinawatra meminta maaf kepada publik Thailand. Dia mengakui percakapannya dengan Hun Sen menyebabkan kemarahan pubik.
“Saya ingin meminta maaf atas rekaman percakapan saya dengan seorang pemimpin Kamboja yang bocor dan telah menyebabkan kemarahan publik,” kata Paetongtarn seperti dilansir dari BBC, Jumat (20/6/2025).
Pemerintahan Paetongtarn Shinawatra Terancam
Pemerintahan Paetongtarn Shinawatra terancam tidak akan berjalan lama, sebab sejumlah partai koalisi di parlemen mulai menarik diri dan tak lagi mendukung Paetongtarn Shinawatra.
Salah satu partai koalisi terbesar yakni Bhumjaithai juga mengundurkan diri dari koalisi pemerintahan tersebut.

Adapun Paetongtarn Shinawatra baru menjabat selama 10 bulan sebagai Perdana Menteri. Dia menjabat sebagai Perdana Menteri Thailand pada Agustus lalu, setelah pendahulunya Srettha Thavisin dicopot oleh pengadilan konstitusi Thailand karena melanggar aturan tentang pengangkatan kabinet.
Nama Paetongtarn Shinawatra bukanlah nama asing di Thailand, dia adalah putri Thaksin Shinawatra, mantan Perdana Menteri yang digulingkan lewat kudeta militer dan kembali ke Thailand Agustus lalu setelah 15 tahun mengasingkan diri.
Dia juga merupakan Perdana Menteri termuda dalam sejarah Thailand, perempuan kedua yang menjadi Perdana Menteri Thailand setelah bibinya Yingluck Shinawatra.