TANJUNG REDEB – Bencana banjir yang sering datang secara tiba-tiba tanpa pertanda menjadi catatan serius Pemerintah Kabupaten Berau.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Berau menyatakan bakal melakukan pengadaan alat Early Warning System (EWS) untuk mengukur ketinggian air di hulu Sungai Kelay dan Segah.
Menurut Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Berau, Nofian Hidayat, alat tersebut memiliki sensitivitas terhadap ketinggian air di hulu sungai yang dapat memberi informasi secara real time kepada warga yang bermukim di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) terkait potensi luapan air.
Alat tersebut dapat diandalkan saat curah hujan meningkat. Apalagi, pada akhir tahun nanti sekitaran Oktober, November dan Desember, curah hujan diprediksi akan kembali tinggi.
Nofian mengatakan, pemasangan alat tersebut diupayakan dapat dilakukan dalam waktu dekat ini. Namun, tetap mengikuti pola sistem pengadaan barang dan jasa pemerintah.
“Alat ini sangat penting, bisa memberikan informasi lebih dini kepada warga,” kata Nofian, Selasa (10/6/2025).
Belajar dari pengalaman banjir setinggi 7 meter dari dasar sungai yang terjadi di Kampung Long Ayap dan Long Laai, Kecamatan Segah, kawasan yang berada di hulu harus mendapatkan mitigasi alat pendeteksi banjir.
Kebutuhan tersebut sama dengan alat pendeteksi gempa yang dipasang di kawasan pegunungan aktif di Pulau Jawa dan Sumatera.
“Jadi harus ada alat itu, karena Berau musuhnya saat ini banjir,” kata dia.
Dia menyebut, lokasi strategis pemasangan alat tersebut berada di Dusun Long Okeng atau Punan Segah. Dusun tersebut masuk dalam limpasan air Sungai Segah yang berada lebih hulu dari Kampung Long Ayap.
“Sebenarnya ini masuk kawasan middle (tengah). Tapi akan sangat membantu untuk memberikan informasi terkait banjir,” sebutnya.
Secara teknis, perlakuan serupa pun diberikan di hulu Sungai Kelay. Soal titiknya masih akan ditelusuri lebih lanjut oleh BPBD Berau mengingat aliran sungai lebih panjang ke kawasan hulu sungai.
Akan tetapi, kata dia, tidak menutup kemungkinan pemasangan akan dilakukan di Kampung Merabu. Kawasan yang saat ini telah terpasang alat deteksi curah air milik BMKG.
“Yang jelas titiknya harus di kawasan hulu sungai,” terangnya.
Nofian berharap pengadaan alat tersebut dapat dilakukan pada APBD Perubahan 2025. Sehingga, bisa menjamin pemasangan dilaksanakan sebelum curah hujan meninggi pada akhir tahun nanti.
Berdasarkan penelusuran Berau Terkini, harga satu unit alat EWS di marketplace harganya hampir Rp100 juta. Harga tersebut belum termasuk untuk instalasi dan mobilisasi alat ke hulu sungai.
“Semoga usulan ini bisa diakomodir,” harap dia. (*)