Foto: Rapat koordinasi penanganan gizi buruk di Bumi Batiwakkal
TANJUNG REDEB,- Langkah percepatan penanganan penanganan gizi buruk Berau menyasar pada akar masalah menyeluruh. Mulai ketidakpahaman, pola pemenuhan gizi dan faktor lainnya. Melalui rapat koordinasi lintas sektor, dicanangkan penanganan melalui program gizi gerakan Kelas Gizi Balita (Lasgita).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, Suhartini mengatakan, saat ini pihaknya bersama instansi terkait fokus pada penyelesaian permasalahan ancamam kekurangan gizi pada Balita, maupun stunting bagi
Memperbaiki asupan gizi merupakan hal terpenting saat tumbuh kembang anak. Mulai dari 1.000 hari pertama kehidupan, mulai dari kandungan hingga usia 2 tahun.
Dijelaskan, dalam masa itu jangan sampai terjadi kekurangan gizi, beroengaruh besar bagi tumbuh kembang anak. Dengan indikator seperti berat badan kurang, stunting atau berat balita nya gizi kurang.
“Karena untuk dalam menentukan ada 3 indikator, yakni berat badan per umur, tinggi badan per umur dan dan berat badan per tinggi badan sesuai dengan kemenkes. Sehingga perlu dievaluasi dan intervensi cepat,” jelasnya.
Jangan sampai kata dia, karena kurangnya perhatian dan penanganan, balita di Berau mengalami gizi kronis yang pada akhir mengalami gizi buruk dan stunting.
“Karena ini semua hanya bisa dilakukan dengan bekerjasama antar semua sektor. Baik itu orang tua, masyarakat, hingga instansi pemerintah terkait, bahkan swasta. Karena penyebabnya ini adalah multi faktor,” jelasnya.
Kampanye terhadap penanganan gizi kurang ini juga terus dilakukan secara intensif. Dikatakannya juga usai menggelar bulan timbang beberapa waktu lalu, bagi anak yang tidak ikut posyandu sudah dilakukan sweeping.
Jumlah Balita saja sudah 21 ribu yang datang,serta pengunjung timbang sebanyak13 ribu. Terdata, sekira 1.800 balita yang mengalami stuntit.
“Jadi stuntit ini dilihat berdasarkan indikator tinggi badan per umur. Tapi dari semua OPD yang terkait tadi sudah melakukan gerakan melakukan intervensi, dan kami berharap itu bisa menurunkan angka stunting di Berau,” terangnya.
Asisten 1 Setkab Berau, Hendratno menjelaskan, penanganan gizi kurang pada Balita, menjadi perhatian dan fokus Pemkab Berau, dalam rangka mewujudkan generasi sehat, energik, dan cerdas.
Melalui rakor itu dirinya sangat berharap, peran dan kerja sama dari OPD terkait, agar dapat menekan sekecil mungkin terjadinya angka gizi kurang, stunting maupun gizi buruk di Kabupaten Berau.
“Apalagi terkait stunting sudah menjadi program nasional, yang harus dapat dituntaskan. Paling tidak, sama-sama kita berupaya, untuk mewujudkan generasi Berau yang terpenuhi gizinya mulai dari balita, agar kedepannya mereka tumbuh lebih baik,” pungkasnya. (*)