Saya Ingin Hadis Hidup dalam Keseharian, Bukan Sekadar Diucapkan

TANJUNG REDEB – Musabaqah Tilawatil Quran tingkat Kabupaten Berau ke-55, jadi momen bersejarah bagi dara 19 tahun bernama Nur Riski Aulia Aini.

Perwakilan kafilah Kontingen Tanjung Redeb seolah tak percaya kala namanya menggema dari pengeras suara “Juara 1 Lomba Hafalan 500 Hadis”.

Ia menoleh ke kanan dan kiri, mencoba memastikan, benarkah itu namanya? Benarkah suara pembawa acara baru saja menyebut dirinya sebagai yang terbaik?

“Alhamdulillah, saya dapat terbaik pertama. Saya masih tidak percaya,” ucapnya pelan, nyaris berbisik, saat ditemui usai menerima penghargaan.

Suaranya sedikit bergetar, namun wajahnya bersinar oleh kebahagiaan yang tak mampu disembunyikan. Pipinya memerah, matanya berkaca-kaca. Seolah semua kerja keras dan malam-malam panjang yang ia lalui, seketika terbayar lunas di malam penutupan lomba, Sabtu lalu (17/5/2025).

Dengan langkah gugup namun penuh haru, ia maju ke atas panggung. Senyum malu-malu tersungging di wajahnya, namun semangat dan kebanggaan terpancar jelas dari sorot matanya.

Di hadapan ratusan pasang mata, ia menerima penghargaan itu. Ini bukan hanya tentang simbol kemenangan. Tapi juga sebagai bukti nyata, bahwa ketekunan dan cinta pada ilmu agama mampu menembus segala keterbatasan.

Riski bukanlah anak dari lingkungan pesantren besar. Ia adalah putri bungsu dari pasangan Gaharuddin dan Nur Asih, lahir dan tumbuh di Berau pada 7 September 2006 lalu.

Cinta dan ketertarikannya terhadap hadis dimulai sejak ia duduk di bangku Madrasah Tsanawiyah. Saat teman-teman seumurannya mungkin masih mencari jati diri, Riski telah menemukan cahaya yang membimbing hatinya. Yakni hadis Rasulullah.

Bukan sekadar menghafal, Riski mendalami setiap makna yang tersirat dalam bait demi bait hadis. Ia memahami bahwa hadis bukan hanya rangkaian kata, tapi petunjuk hidup. Sebuah cahaya yang menerangi jalan, setelah Al-Qur’an.

“Bagi saya, hadis adalah pengingat. Ia membuat saya sadar bahwa hidup ini harus selalu berpijak pada ajaran Islam. Bukan sekadar hafal, tapi juga harus dipahami dan diamalkan,” ujarnya mantap.

Perjalanan itu tentu tidak mudah. Berbulan-bulan sebelum MTQ digelar, ia harus membagi waktu antara pendidikan, keluarga, dan hafalan.

Di sela-sela jadwal kuliah yang padat dan kewajiban di rumah, ia menyisihkan waktu khusus untuk murajaah atau mengulang dan memperdalam hafalannya setiap hari. Hampir tanpa henti.

Namun, dengan bimbingan para gurunya, serta dukungan keluarga yang tak pernah surut, Riski perlahan menaklukkan satu demi satu tantangan.

Lidahnya yang dahulu terbata, kini fasih melantunkan hadis. Ingatannya semakin tajam dan hatinya semakin kuat terikat pada kalam Rasulullah.

“Tantangannya bukan hanya menghafal, tapi menjaga konsistensi dan pemahaman. Saya ingin hadis itu hidup dalam keseharian saya, bukan sekadar diucapkan,” ujarnya.

Kini, prestasi ini bukan hanya menjadi kebanggaan pribadi, tapi juga inspirasi bagi banyak remaja lainnya. Ia adalah simbol bahwa kesungguhan hati, ketekunan belajar, dan keikhlasan niat bisa membawa seseorang menembus batas.

Dan di balik senyumannya hari itu, tersimpan satu pesan sederhana namun dalam. “Kerja keras tidak akan menghianati hasil,” katanya.

Cita-cita Riski tak berhenti di panggung MTQ. Ia menyimpan harapan besar di masa depan. Mendalami sanad hadis dan memahami mata rantai keilmuan Rasulullah.

Lebih dari itu, ia juga bermimpi menjadi seorang pendidik. Sosok yang bukan hanya mengajarkan, tapi menyalakan semangat cinta sunnah di hati anak-anak muda.

“Semoga makin banyak anak muda yang mencintai sunnah. Kita yang muda harus jadi penjaga warisan Rasulullah,” katanya.

Prestasi Riski ini mendapat apresiasi dari Camat Tanjung Redeb, Toto Marjito. Keberhasilannya itu turut memberikan andil dan mengantarkan kafilah Kecamatan Tanjung Redeb kembali meraih juara umum dalam MTQ tahun ini. Mengumpulkan total 112 poin.

Toto menjelaskan, keberhasilan tersebut bukan diraih secara instan, melainkan melalui strategi yang telah dipersiapkan sejak awal. Salah satunya adalah menggelar seleksi melalui lomba MTQ di tingkat kecamatan yang melibatkan enam kelurahan di wilayah Tanjung Redeb.

“Para pemenang lomba tingkat kecamatan otomatis mewakili Tanjung Redeb di MTQ tingkat kabupaten,” ujarnya.

Setelah seleksi internal tersebut, para kafilah menjalani pembinaan intensif melalui Training Center (TC) dan latihan mandiri guna meningkatkan kemampuan mereka menjelang kompetisi tingkat kabupaten.

“Keberhasilan ini mencerminkan keseriusan dan komitmen semua peserta yang tergabung di kontingen Tanjung Redeb. Terbukti kami bisa kembali meraih juara umum,” jelasnya.

Pada akhirnya, dia berpesan, peserta yang mendapatkan juara tidak cepat berpuas diri. Namun semakin menambah kemampuannya dengan terus berlatih.”Tetap asah kemampuan yang dimiliki. Jangan cepat puas, karena ke depan tantangan akan semakin berat,” tutupnya. (*)