TANJUNG REDEB – Di balik birunya laut Kakaban, terdapat surga tersembunyi bernama Kelapa Dua. Di sanalah Hiu Ekor Panjang berenang anggun. Menyelam bersamanya, serasa petualangan berada di puncak.

Menyapa pemilik nama latin Alopias vulpinus dari dekat, harus beradu nyali dengan maut. Di tempat ini, keindahan datang bersama ancaman. Satu langkah keliru bisa menjadi yang terakhir. Lokasinya berada di Kampung Payung-Payung, Kecamatan Maratua.

Akhir-akhir ini, nama Kelapa Dua kian sering disebut-sebut oleh para penyelam. Bukan hanya karena keindahannya. Tapi juga karena tragedi yang sempat menyita perhatian dunia.

Ya, tenggelamnya seorang turis asal Tiongkok belum lama ini. Alih-alih membuat jera, justru semakin memicu rasa penasaran. Seperti magnet yang tak tertolak, spot ini tetap ramai diselami.

Instruktur Diving Noah Resort, Johan Manachim, turut membagikan pengalamannya kala menyelam di Kelapa Dua. Di sana, para divers (penyelam) akan mencoba peruntungannya menemukan Hiu Ekor Panjang.

Meski tampak jinak, hiu itu bukan tontonan biasa. Penampilannya garang dengan ekor menjuntai panjang seolah membelah sunyinya laut.

“Di Kelapa Dua itu kita nyari Hiu Ekor Panjang atau thresher shark,” katanya.

Meskipun menjadi spot wisata selam unggulan, tidak semua orang bisa menjelajah ke sana. Selain keterampilan, dibutuhkan nyali besar untuk bertualang.

Johan kenal betul karakteristik Spot Kelapa Dua. Seringkali dia membawa dan mendampingi tamu Noah ke sana. Sebagai instruktur selam, skillnya tidak perlu diragukan lagi. Apalagi pengalamannya.

Di Kelapa Dua, permukaan laut seolah tampak tenang. Namun di kedalamannya, arus bisa menjadi sangat buas.

“Arusnya suka berubah-ubah. Kadang tenang, kadang berarus kencang. Jadi kita harus bisa baca jamnya (munculnya arus) juga,” katanya.

Selain arusnya yang tidak bisa ditebak, spot Kelapa Dua juga cukup dalam. Penyelam pemula (open water diver) tidak direkomendasikannya bertualang di sana.

“Kelapa Dua untuk penyelam advance (tingkat lanjut, dapat menyelam hingga 30 meter). Karena itu memang dalam,” jelasnya.

Kendati dekat dengan bahaya, pesona Kelapa Dua terlalu kuat untuk diabaikan. Hampir setiap pekan, tamu-tamu dari berbagai penjuru dunia berdatangan.

Mereka paham risikonya, tapi rasa ingin tahu lebih besar dari rasa takut. Menjadi arena bertualang wajib bagi para penyelam. Tragedi pilu kemarin pun seolah hilang tergulung ombak.

“Enggak ngaruh mas. Tamu kami masih banyak diving di Kelapa Dua,” ungkap Pengelola Resort Pratasaba, Eeng. 

“Pokoknya setiap ada tamu pasti minta nyelam di sana,” timpalnya lagi.

Kelapa Dua, kata dia, sangat populer. Bahkan, sudah terkenal sejak dirinya menginjakkan kaki di Maratua 10 tahun lalu.

Pemandangan bawah laut yang indah dengan fauna langka yang ada di dalamnya seolah memberikan kepuasan tersendiri.

“Lokasinya ujung Kakaban hadap timur. Di sana banyak hiu. Terutama thresher shark. Kalau ketemu sama tamu, itu mereka senang sekali,” jelasnya antusias.

Begitu mewahnya spot Kelapa Dua, seolah menjadi wisata diving wajib di Maratua. Bahkan, semua resort di Maratua dalam jasa trip yang ditawarkan, spot tersebut selalu berada di list teratas.

Kepala Kampung Payung-Payung, Riko, menceritakan, hingga saat ini kunjungan wisatawan lokal maupun mancanegara masih terus berdatangan.

“Saya dapat informasi dari teman-teman resort kalau spot kelapa masih ramai dikunjungi,” katanya melalui sambungan panggilan WhatsApp.

Bahkan, dari informasi yang dia dapatkan, di Kelapa Dua, tak hanya dihuni thresher shark. Tapi juga ada salah satu jenis hiu populer yang juga terpantau berenang di kedalamannya.

Hiu itu menurut Rico menjadi “buruan” para divers yang datang. Tak peduli sejauh mana mata bisa menikmati siluetnya, menemukannya di kedalaman sudah menjadi kepuasan tersendiri bagi para pecinta bawah laut.

“Kalau tidak salah Hiu Martil. Itu dicari juga sama wisatawan yang menyelam di sana,” bebernya.

Kelapa Dua bukan wisata biasa. Bukan juga tempat swafoto di atas perahu. Ini adalah tempat para pemberani menantang batas diri. Mencari kedamaian di tengah bahaya dan merayakan kebebasan di dunia yang tak terjangkau mata biasa.

Ia adalah surga. Tapi surga yang tak memberi ampun bagi mereka yang meremehkan kedalaman. Ini adalah simbol tantangan sebenarnya di Maratua. (*)