Foto: Aktivitas Jembatan Sambaliung
TANJUNG REDEB- Awal September mendatang, jembatan Sambaliung rencananya akan mulai dikupas. Dengan demikian, dua jalur alternatif harus dikebut oleh Pemkab Berau, sebelum jadwal penutupan jembatan dilakukan.
Disampaikan, Wakil Bupati Berau, Gamalis, saat ini, Pemkab Berau tengah berupaya menyelesaikan jalur alternatif yang akan digunakan masyarakat, ketika jembatan itu ditutup.
Progresnnya kata dia, pos parkir yang berada di RT 22 Limunjan, Kelurahan Sambaliung, yang akan menjadi halur alternatif itu, kini sedang berlangsung pengerjaannya. Rencananya jalur atau jalan alternatif tersebut memiliki lebar 4 meter dan akan ditambah lebarnya di sisi kiri dan kanan masing-masing 1,5 meter.
“Jadi total lebar jalannya tujuh meter. Itu cukup untuk rute kendaraan. Kami upayakan, sebelum ditutup, jalur alternatifnya sudah selesai,” jelasnya.
Adapun alasan perbaikan jembatan Sambaliung dimulai pada awal September nanti, agar target selesai pada Desember 2022 mendatang perbaikan selesai dilakukan.
“Kalau sesuai rencana, bulan Desember sudah dapat difungsikan. Paling tidak akhir desember. makanya September sudah harus dikerjakan,” ujarnya.
Sesuai rencana, rute yang akan disiapkan sebanyak dua jalur, guna menghindari tumpukan kendaraan. Apalagi diprediksinya, akan sangat banyak kendaraan baik yang ingin menuju Tanjung Redeb maupun Sambaliung, setiap harinya.
Di sisi lain, pembangunan jetty akan segera dimulai oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Berau di lokasi yang telah direncanakan.
“Kalau bisa jetty ini fleksibel. Apalagi kan, pasti ada pasang surut air,” katanya.
Adapun untuk kapal Landing Craft Tank (LCT) atau pengangkut kendaraan, kata Gamalia, saat ini masih didiskusikan. Terutama mengenai kapasitas muatannya. Tidak menutup kemungkinan, Pemkab Berau melibatkan pihak ketiga dalam hal ini.
Hanya yang menjadi bahan pertimbangan kemudian, yakni biayanya. Sebab, jika biayanya dibebankan kepada anggaran daerah, tentu tidak akan mudah. Sementara, untuk menyewa LCT diperkirakan membutuhkan anggaran besar, dan kemungkinan harus melalui proses tender.
“Sementara kondisi kita sekarang mendesak, dan harus menyediakan secepatnya. Jadi kita masih mencari opsi lain, yang sekiranya bisa menjadi solusi terbaik,” pungkasnya. (/)