Foto: Sejumlah petani mandu kelulut saat mengikuti pelatihan budidaya yang dilaksanakan PT Berau Coal

TANJUNG REDEB, – Mendukung daya tunjang ekonomi masyarakat, semua sektor potensial didorong PT Berau Coal menjadi bagian usaha masyarakat sekitar. Juga dengan dukungan perusahaan tambang batubara terbesar di Bumi Batiwakkal itu. Salah satunya budidaya madu kelulut.

PT Berau Coal bahkan menggandeng Inspirator Lebah Madu Indonesia (ILMI) untuk melakukan pelatihan budidaya madu kelulut bagi masyarakat di Kampung Inaran, Kecamatan Sambaliung dan kampung Birang, Kecamatan Gunung Tabur. Pelatihan tersebut dilakukan di rumah pembudidaya kelulut, di kelurahan Bedungun Kecamatan Tanjung Redeb, Selasa (2/8/22).

Erwin, salah seorang peserta asal kampung Inaran mengaku mendapatkan ilmu yang sangat bermanfaat terhadap potensi budidaya kelulut ini. Erwin berterima kasih kepada PT Berau Coal telah mengadakan pelatihan itu. Menurutnya, budidaya madu kelulut ternyata tidak sesulit yang dibayangkan.

Awalnya kata dia, untuk mendapatkan madu, pihaknya harus memanjat pohon tinggi untuk memanen madu lebah. Belum lagi, untuk mendapatkannya harus menunggu musim madu, yang kadang setahun dua kali, atau bahkan setahun sekali.

“Saya kira madu kelulut ini sangat cocok untuk dikembangkan. Dan dari yang saya dapat, membudidayakannya juga tidak sulit. Saya berterima kasih kepada Berau Coal yang telah melibatkan kami dalam pelatihan ini,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Yayasan Dharma Bhakti Berau Coal Horas Parsaulian Pardede, mengatakan, pada dasarnya, pelatihan itu sudah pernah dilakukan. Tetapi, karena Antusias masyarakat cukup tinggi, maka pelatihan serupa kembali dilaksanakan, dengan peserta sebanyak 20 orang dari Kampung Inaran dan Birang.

“Sejauh ini yang kami lihat, madu kelulut belum begitu diketahui potensinya oleh masyarakat. Makanya melalui pelatihan ini, kami coba lebih mengembangkan madu ini lebih luas lagi,” ungkapnya, didampingi Community Base Development Manager PT Berau Coal Hikmawaty, kemarin.

Dengan potensinya, budidaya ini Bisa mengangkat ekonomi keluarga. Karena memiliki nilai ekonomis yang tinggi.
Apalagi, lebah penghasil madu tersebut juga cukup mudah didapatkan, dan masa panennya juga cukup singkat. Adapun pengembangannya, tidak merusak ekosistem alam.

“Budidaya madu ini sangat potensial dikembangkan di Berau. Kalau pemasarannya bisa melalui BUMK. Harganya juga cukup lumayan 1,2 juta per liter. Jadi untuk income masyarakat bagus sekali,” terangnya.

Menurut Horas, kini fokus dalam memperkuat kelembagaan BUMK yang ada di kampung masing-masing. Terutama dalam mengemas hasil produksi madu kelulut dan menjamin kebersihannya.

Berau Coal juga dikatakannya, akan memberikan pendampingan terkait izin kepengurusan di BPOM maupun lebel halal bagi hasil produksi madu kelulut yang dihasilkan oleh pembudidaya di Kabupaten Berau. Karena memang, persoalan yang dihadapi sekarang adalah produksi bagus, tapi pemasaran kurang maksimal.

“Jadi ini merupakan peluang bisnis BUMK juga kedepannya. Kami akan memberikan pendampingan BUMK yang ada di kampung-kampung, khususnya di lingkar tambang Berau Coal. Bagaimana cara memasarkan madu kelulut ini dengan kualitas yang lebih bagus,” tuturnya.

Ditempat yang sama, salah satu praktisi pembudidaya lebah madu kelulut di Kabupaten Berau, Mansyah menjelaskan, peluang dan prospek madu kelulut ini cukup menjanjikan untuk kedepannya.

Menurutnya, cukup memiliki 20 sampai 50 log madu kelulut, sudah cukup menghasilkan. Harganya pun bervariasi antara Rp 600 ribu hingga Rp 1 juta. Apalagi, masa panen madu ini sangat singkat.

Apabila cuaca panas 2 minggu sekali. Sementara kalau hujan, itu sekitar 1 bulan panen. Satu tempat madu kelulut bisa mendapatkan 300 mili liter sampai 500 mili liter.

“Saya juga mengapresiasi, PT Berau Coal telah melibatkan kami, dalam memberikan pelatihan dan pendampingan madu kelulut kepada masyarakat. Dengan harapan, semakin banyak pembudidaya madu kelulut di Berau, akan semakin bagus,” terangnya.

Diterangkannya, perlakuannya dalam budidaya kelulut, sangat mudah. Bahkan hampir tidak memerlukan biaya untuk membudidayakannya. Hanya pembudidaya harus menanamkan vegetasinya. Berupa bunga dan pohon-pohon buah.

“Sangat mudah, karena tidak perlu disiapkan makanannya. Dan ini juga awalnya tidak ada modal saya mengembangkannya. Modalnya hanya kemauan saja. Harapannya, para peserta menerapkan apa yang sudah diberikan, agar hasilnya lebih maksimal,” pungkasnya.(*)