TANJUNG REDEB,– Akhirnya setelah sekian lama dinanti, Kabupaten Berau segera memproduksi terasi lokal sendiri, sebagai jawaban atas keluhan para nelayan penghasil udang terasi.
Dimana selama ini, bahan baku terasi berau selalu dijual ke pengepul luar daerah. Akibat tidak adanya tempat pengolahan terasi yang disiapkan pemerintah daerah.
Namun, keresahan itu akhirnya terjawab, dimana pemerintah Kabupaten Berau akan memulai pembangunan rumah produksi terasi di Kampung Buyung-Buyung, Kecamatan Tabalar.
Inisiatif ini digagas oleh Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) sebagai upaya mendukung pengolahan hasil laut lokal.
Agar memiliki nilai tambah dan daya saing di pasar serta meningkatkan potensi ekonomi lokal.
Kepala Diskoperindag Berau, Eva Yunita, menyampaikan, rumah produksi terasi ini dirancang dengan tiga bangunan utama, yaitu fasilitas produksi, pengemasan, dan galeri pemasaran.
Hanya saja, keterbatasan anggaran menyebabkan pembangunan akan dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan prioritas.
“Kita sesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Tahun 2025, pembangunan akan difokuskan pada bagian yang paling mendesak untuk mendukung proses produksi. Dana sebesar Rp1 miliar dari APBD akan dimanfaatkan sebaik mungkin agar fasilitas ini segera bisa beroperasi,” ujar Eva Yunita saat ditemui di kantornya.
Kampung Buyung-Buyung dipilih sebagai lokasi pembangunan rumah produksi terasi karena didukung oleh potensi bahan baku terasi yang melimpah.
Wilayah lain seperti Pegat Batumbuk dan juga Batu Putih dikenal sebagai penghasil utama bahan mentah terasi di Berau.
Namun, selama ini, hasil tangkapan nelayan kerap dijual dalam bentuk mentah ke luar daerah dan diolah menjadi produk jadi oleh pihak luar dengan merek dari daerah lain.
“Selama ini, nelayan kita menjual bahan mentah ke luar daerah. Setelah diolah dan dikemas, produk tersebut kembali ke pasar kita dengan merek daerah lain. Dengan adanya rumah produksi ini, kita bisa mengolah terasi hingga menjadi produk jadi bahkan siap saji, lengkap dengan branding dari Kabupaten Berau,” jelas Eva Yunita.
Rumah produksi ini diharapkan tidak hanya meningkatkan nilai jual terasi, tetapi juga memperkuat merek dagang lokal Berau.
Terasi yang dihasilkan nantinya akan memiliki kualitas yang lebih baik, pengemasan yang menarik, dan merek yang dapat bersaing.
“Nilai jualnya tentu akan berbeda. Jika sebelumnya hanya berupa bahan mentah, sekarang kita bisa menghasilkan produk jadi dengan kualitas premium dan merek asli Berau,” tambah Eva.
Pihaknya, optimistis bahwa langkah ini dapat menjadi pendorong utama bagi pengembangan industri kecil menengah (IKM) di sektor perikanan, sekaligus membuka peluang kerja baru bagi masyarakat sekitar.
“Ini adalah awal yang baik untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam Berau. Kami berharap masyarakat dapat mendukung proyek ini agar manfaatnya bisa dirasakan bersama,” tutupnya.
Dengan hadirnya rumah produksi ini, Berau diharapkan mampu menjadi salah satu sentra terasi berkualitas di Kalimantan Timur, mengangkat nama daerah di kancah nasional maupun internasional.(*)