TANJUNG REDEB – Farida (37), pemilik King Madu Borneo, adalah sosok yang menginspirasi. Berawal dari sebuah tantangan pribadi, perjalanan bisnisnya kini menembus pasar internasional, membawa madu hutan Kalimantan ke seluruh dunia.
Saat ini, setidaknya ada lima negara tujuan ekspor madu yang berhasil dijangkau oleh UMKM asal Berau ini, antara lain Washington, Hong Kong, Kyrgyzstan, Malaysia, dan Singapura.
Kisahnya dimulai ketika Farida mengalami kesulitan untuk memiliki keturunan setelah tiga tahun menikah. Setelah menjalani pemeriksaan medis, ia didiagnosis dengan Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS), yang menghambat kemampuannya untuk hamil.
Setelah mencoba berbagai pengobatan, Farida mendapat saran dari rekan-rekannya yang bertugas di Kabupaten Tana Tidung. Mereka menyarankan agar ia mengkonsumsi madu hutan sebagai bagian dari pengobatan.
Perubahan positif mulai dirasakan, dan dalam waktu tiga bulan, ia akhirnya dikaruniai keturunan, salah satunya berkat manfaat madu hutan Kalimantan.
“Awalnya saya sempat ragu, apalagi pertama kali disodorkan madu hitam. Saya tahunya madu itu berwarna kuning, bukan hitam. Tapi karena tekad dan dorongan kuat untuk mendapatkan keturunan, akhirnya saya mencoba,” ungkap Farida saat ditemui di kediamannya oleh Berauterkini.co.id.
Berawal dari pengalaman pribadi tersebut, Farida mulai merekomendasikan madu hutan kepada keluarga dan teman-temannya.
Pada tahun 2016, saat bertugas di Kalimantan Utara, ia membawa 20 liter madu ke Kabupaten Berau, tempat kelahirannya. Madu tersebut semakin diminati, dan peminatnya terus berkembang.
Semangat Farida pun semakin tumbuh, dan pada 2017, ia memberanikan diri untuk memasarkan madu dalam jumlah lebih banyak.
“Awalnya saya hanya membawa satu jerigen 20 liter untuk konsumsi pribadi dan dibagikan kepada rekan-rekan. Setelah mendapat mutasi ke Kabupaten Berau pada 2016, banyak yang melakukan repeat order. Barulah pada 2017, saya memberanikan diri untuk membawa madu hutan lebih banyak lagi, lalu mengemasnya karena maraknya peredaran madu oplosan,” kenang Farida dengan antusias.
Pada awal 2020, Farida mendirikan merek King Madu Borneo dengan tujuan untuk memperkenalkan madu hutan Kalimantan sebagai produk berkualitas tinggi dari seluruh pulau Kalimantan, bukan hanya dari Berau atau Kalimantan Timur.
Pemilihan nama Borneo bukan tanpa alasan; Farida ingin mencakup seluruh potensi madu hutan yang ada di Kalimantan, dari berbagai daerah kaya sumber daya alam.
“Dengan nama brand yang ikhtiar sesuai syariat keyakinan agama, saya memilih nama King Madu Borneo sebagai motivasi berbisnis agar produk saya dikenal sebagai merek madu berkualitas dan menjadi ‘raja madu’ dari pulau Kalimantan,” jelasnya.
Produk pertama dari King Madu Borneo terdiri dari dua varian madu hutan, yaitu madu kuning yang berasal dari ekstrak bunga hutan liar (Floral Nektar), dan madu hitam yang berasal dari ekstrak bunga pohon hutan liar seperti nektar pohon akasia dan mahoni yang kaya alkaloid.
Keunggulan madu hitam terletak pada kemampuannya untuk menyembuhkan peradangan. Saat ini, produk King Madu Borneo semakin berkembang, termasuk varian madu pahit, madu trigona/kelulut, serta produk turunan madu seperti bee pollen, honey black garlic, minuman kesehatan, dan kayu bajakah.
“Sumber madu hutan yang kami pasarkan tidak hanya berasal dari Kalimantan Timur, tetapi dari seluruh Kalimantan. Kalimantan secara keseluruhan dikenal dengan hutan alami yang luas dan kekayaan multiflora yang luar biasa, yang tentunya mempengaruhi kualitas madu,”ucapnya
“Untuk pasar ekspor, tidak cukup hanya mengandalkan madu dari Berau. Itulah alasan pemilihan nama Borneo pada brand kami, untuk menunjukkan jangkauan madu dari seluruh Kalimantan,” tambah Farida.
Untuk mewujudkan visinya menjadikan King Madu Borneo sebagai sentra madu sehat dan berkualitas, selain tim internal perusahaan PT. King Borneo Mandiri, Farida juga menjalin kemitraan dengan masyarakat adat setempat dan komunitas petani madu.
Kerjasama ini bertujuan untuk memastikan kelangsungan musim panen madu yang tidak bersamaan serta melestarikan tradisi memanen madu secara tradisional dan menjaga konservasi tanaman yang menjadi sumber makanan lebah Kalimantan.
Pencapaian King Madu Borneo dalam menembus pasar internasional tergolong cepat, meskipun prosesnya penuh tantangan. Farida menyadari bahwa madu adalah produk yang sangat bergantung pada kepercayaan konsumen, sehingga menjaga kehalalan, keaslian, dan kebersihan bahan baku madu menjadi prioritas utamanya.
Selain membangun jaringan reseller dan dropshipper di hampir seluruh kota di Indonesia, Farida juga aktif mengedukasi masyarakat melalui website dan media sosial tentang perbedaan madu hutan Kalimantan dengan madu lainnya.
Ia menjelaskan proses produksi madu hutan mulai dari pemanenan tradisional, penyaringan, hygienisasi, penimbangan, hingga pelabelan produk.
“Bagi saya, madu itu adalah produk kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan konsumen harus dibangun. Selain itu, kami juga membangun jaringan reseller dan dropshipper di hampir seluruh kota di Indonesia,” ujarnya.
Meski baru berusia hampir lima tahun, perjalanan King Madu Borneo telah melewati banyak tantangan. Ibu dari empat orang anak ini berhasil membangun legalitas usaha, mendapatkan izin produksi, sertifikat halal, dan uji laboratorium, serta sertifikasi ekspor lainnya.
Ia juga mengikuti berbagai pelatihan wirausaha dan pendampingan oleh BUMN untuk mempersiapkan produk ekspor Indonesia yang mewakili Provinsi Kalimantan Timur, bahkan langsung dari Kementerian Perdagangan.
Beberapa penghargaan telah diraih, antara lain Bintang Pelopor dari Rumah BUMN Pertamina, peserta UMKM terbaik di agenda Export Kaltimpreneur dari Bank Indonesia, dan penghargaan lainnya.
Melalui Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Berau, Farida juga mendapatkan pembinaan dalam pemasaran, sertifikasi tambahan seperti TKDN, serta membuka jaringan ke luar negeri.
Kini, King Madu Borneo bukan hanya sekadar merek madu, tetapi simbol keberhasilan dari perjuangan dan dedikasi. Farida membuktikan bahwa dengan ketekunan, visi yang jelas, dan komitmen untuk menjaga kualitas, UMKM lokal dapat meraih sukses di pasar internasional.
Mimpinya adalah agar produk madu andalan Nabi yang bersumber dari hutan Kalimantan ini dapat sukses hingga mampu menembus lima benua. (*)