TANJUNG REDEB – Menyadari pentingnya pertumbuhan sektor ekonomi kreatif di Berau, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau menggelar rapat koordinasi (rakor) antara pelaku ekraf di Berau dan para stakeholder, baik pemerintah daerah maupun swasta.
Salah satu tujuan dari rakor ini adalah terbentuknya Rencana Aksi Daerah (RAD) Ekraf untuk periode 2024-2028, serta penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) atau nota kesepahaman sebagai komitmen bersama.
Sekretaris Disbudpar Berau, Abdul Majid, yang mewakili Kepala Disbudpar Berau, Ilyas Natsir, menyampaikan bahwa sektor ekonomi kreatif (ekraf) kini menjadi bagian penting dalam pembangunan berwawasan lingkungan dan keberlanjutan.
“Ekraf menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia ke depan,” ujarnya.
Menurut Abdul Majid, peta jalan ekonomi kreatif daerah (Talanpekda) Berau untuk lima tahun ke depan akan mengembangkan enam sektor utama, antara lain wastra kriya, kuliner, seni pertunjukan, film, fotografi, musik, dan aplikasi.
Keenam sub-sektor ini dianggap memiliki potensi besar untuk mendukung industri pariwisata di Berau.
“Nantinya, pariwisata akan terintegrasi dengan ekonomi kreatif,” kata Majid. Ia berharap, sektor-sektor ini dapat memberikan nilai tambah bagi setiap objek wisata yang dikelola oleh pemerintah maupun sektor swasta.
Selain menyusun RAD, Komite Ekraf di Berau juga diharapkan memiliki pondasi organisasi yang kokoh. Untuk itu, keterlibatan berbagai pihak, baik dari pemerintah maupun swasta, sangat penting.
“Semua pihak harus dilibatkan, ini sangat penting untuk kemajuan komite ekraf,” tegasnya.
Majid juga menargetkan pembangunan gedung creative hub di Berau. Tempat ini diharapkan menjadi pusat perumusan ide kreatif yang dapat menarik investor maupun wisatawan untuk berkunjung ke Bumi Batiwakkal.
“Tantangan ke depan, Berau harus memiliki creative hub,” tambahnya.
Komite Ekraf juga akan berperan sebagai perpanjangan tangan kepala daerah dalam memastikan bahwa pertumbuhan ekonomi kreatif di Berau berjalan seiring dengan visi dan misi pemerintah. Pemerintah daerah sendiri akan menjadi jembatan dalam pelaksanaan program-program yang dirancang oleh Komite Ekraf.
“Laporan berkala akan disampaikan kepada bupati,” ujar Majid.
Sementara itu, Kepala Bidang UJSP Disbudpar Berau, Nurjatiah, mengungkapkan bahwa pemerintah daerah telah merencanakan program studi banding ke Bandung, Jawa Barat, yang dianggap sebagai tempat yang ideal untuk memperkaya wawasan pengembangan ekraf di Berau.
Menurut informasi yang diterimanya, Creative Hub di Bandung telah menjadi salah satu pusat kegiatan ekonomi kreatif yang paling maju di Indonesia. Oleh karena itu, Nurjatiah menilai bahwa pelaku ekraf di Berau perlu belajar dari perkembangan yang ada di Bandung.
“Di sana sudah sangat representatif, iklimnya telah berkembang dengan baik,” jelasnya.
Pada akhir rakor, semua stakeholder sepakat untuk bekerja sama membangun Bumi Batiwakkal melalui sektor ekonomi kreatif, dengan dukungan dari perusahaan-perusahaan yang saat ini beroperasi di Berau. (*)