Foto: Manager Business support BUMA Binungan, Sriyanta berswa foto dengan Sultan Sambaliung, Datu Amir beserta Permasurinya
TANJUNG REDEB – Setelah 8 tahun fakum, pesta adat Bekudung Betiung Suku dayaak Gaai di Kampung Tumbit Dayak akhirnya kembali digelar pada 28-30 Juni 2022 ini.
Pesta adat yang merupakan bagian dari tradisi Suku Dayak Gaai dan sudah dilakukan secara turun temurun ini masih lestari oleh masyakarat Kampung Tumbit Dayak.
Kepala Kampung Tumbit Dayak, Ahmad Jamlan menjelasakan, kalimat Bakudung adalah bahasa Berau, terjemahan dari bahasa Gaai (Nae Plie Ngatam) yang artinya adalah pesta syukuran pasca panen. Maknanya, untuk menyampaikan rasa syukur kepada Tuhan atas perolehan kesehatan, keselamatan dalam bekerja dan secara khusus perlindungan terhadap tanaman padi masyarakat.
Mulai saat menabur benih sampai panen yang disertai dengan ritual-ritual adat. Sementara Betiung adalah bahasa Berau terjemahan dari kata Lamko, artinya proses pendewasaan anak laki-laki.
“Pada zaman dahulu kegiatan ini dibuat terpisah, tetapi sekarang digabung menjadi satu perayaan, maka muncullah bahasa Bakudung Batiung,”bebernya.
Lebih lanjut kata dia, acara adat yang masih dipertahankan oleh generasi saat ini menjadi bukti masyarakat dayak sangat menjunjung tinggi peninggalan leluhur.
“Saya berharap acara adat seperti Bakudung Batiung selalu dipertahankan, karena itu juga termasuk kekayaan Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan bersama,” pintanya.
Suksesnya pelaksanaan Pesta Adat Bekudung Betiung ini diakuinya tak lepas dari peran serta pihak ketiga. Salah satunya yakni PT Bukit Mandiri Makmur Utama (BUMA) Binungan, bahkan BUMA menggelontorkan anggaran puluhan juta untuk agenda tahunan ini.
“Kami tentu sangat berterima kasih kepada BUMA yang sudah mau membantu dalam melestarikan budaya kami ini,”ujarnya.
Diakuinya, tidak hanya saat ini saja. Selama ini, peran BUMA dalam memberikan bantuan kepada masyarakat Kampung Tumbit Dayak juga rutin dilakukan. Baik itu layanan kesehatan, pendidikan dan pengembangan Sumberdaya Manusia yang ada di Kampung Tumbit Dayak.
“Kami sudah seperti saudara dengan mereka (BUMA,red),” ungkapnya.
Terpisah, Manager Business Support BUMA Binungan, Sriyanta mengatakan, BUMA turut membantu, dengan tujuan agar kebudayaan masyarakat lokal tidak hilang ditelan zaman. Terlebih saat ini, Berau baru saja terbebas dari Covid-19. Dan baru mengadakan even budaya seperti ini wajib untuk dilestarikan.
“Ini bukti nyata dukungan BUMA terhadap kebudayaan yang ada di Berau. Kita tidak ingin tidak terlibat dalam pengembangan budaya,” katanya.
Ia melanjutkan, perayaan bakudung baitung ini merupakan bagian dari menjaga tradisi yang sudah dilakukan secara turun temurun.
“Harapan kita kegiatan ini mampu menarik animo wisatawan berkunjung,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua DPRD Berau, Madri Pani mengatakan, peran perusahaan lingkar tambang memang terlihat jelas jika masyarakat membutuhkan. Khususnya BUMA, setiap ada even yang ia hadiri, selalu ada sponsor langsung dari BUMA.
“BUMA programnya sudah langsung menyentuh ke masyarakat,” paparnya.
Ia juga mengucapkan rasa terima kasih atas dukungan dari perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang sudah membantu suksesnya acara Bakudung Batiung tersebut.
“Saya selaku pimpinan DPRD mengapresiasi apa yang dilakukan oleh BUMA,” pungkasnya.(*)