Reporter : Hendra Irawan
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB – Konservasi orangutan di Kabupaten Berau terus berlanjut dengan rehabilitasi 15 individu di Klinik Orangutan di Kampung Tasuk, Kecamatan Gunung Tabur. Klinik ini dikelola oleh Centre for Orangutan Protection (COP) di lahan seluas 12 hektare.

Koordinator Medis COP, Miftachul Hanifah, menjelaskan bahwa klinik merawat empat orangutan dewasa dan 11 anakan yang ditangani oleh tenaga medis profesional. Fasilitas klinik mencakup ruang operasi, kandang pemeliharaan, mess karyawan, dan rumah bayi khusus untuk anak-anak orangutan.

“Klinik ini menangani orangutan yang baru diselamatkan maupun yang sakit, baik dari eksploitasi maupun yang dievakuasi dari alam liar. Mereka harus menjalani karantina terlebih dahulu,” jelasnya.

Tujuan utama pendirian klinik adalah mempersiapkan orangutan untuk kembali ke habitat alami mereka sebelum dikirim ke Sekolah Hutan di Kecamatan Kelay. Kebanyakan kasus yang ditangani berupa luka terbuka dan patah tulang, sehingga COP mendatangkan dokter hewan ahli untuk melakukan amputasi jika diperlukan.

Penyakit yang sering ditemui pada orangutan yang disita dari pemeliharaan ilegal mirip dengan penyakit manusia, termasuk malaria dan infeksi saluran pernapasan.

“Karena DNA orangutan mirip dengan manusia, mereka cenderung mengalami penyakit yang sama,” imbuhnya.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah (SKW) I Berau dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA), Muhammad Ilyas, menilai fasilitas klinik dan karantina di Kampung Tasuk sudah memadai, namun masih memerlukan pengembangan.

Ia menyebutkan bahwa klinik membutuhkan dokter spesialis mata dan ortopedi untuk penanganan lebih lanjut.

“Walaupun saat ini klinik ini khusus untuk orangutan, tidak menutup kemungkinan primata lain juga akan mendapatkan perawatan jika ada kasus,” ujarnya.

Ilyas berharap pengembangan klinik dapat memenuhi kebutuhan yang dihadapi orangutan di Kabupaten Berau ke depannya.