TANJUNG REDEB, -Presiden RI Joko Widodo, diberikan cinderamata pakaian adat Suku Dayak Ga’ai atau Bupit Mut, kala berkunjung ke Kabupaten Berau, pada Kamis (27/9/2024).
Usai bersalaman dengan para pejabat daerah kala turun dari pesawat kepresidenan, di Bandara Kalimarau, Jokowi diantarkan pakaian adat dayak Ga’ai oleh para duta pariwisata Bumi Batiwakkal.
Dari baki beralaskan kain berwarna merah itu, Jokowi mengambil sendiri baju adat yang lengkap dengan topi adat berbulu burung Ruai. Langsung dikenakannya selama berada di kawasan Bandara Kalimarau, sebelum masuk ke mobil kepresidenan.
Momen itu menjadi waktu yang sangat berharga bagi Yustina Dau Hayati warga Kampung Long Lanuk, Kecamatan Sambaliung. Pengrajin baju adat yang dikenakan oleh Presiden ke 7 RI itu.
Sebab, hasil kerajinan tangannya setelah dikenakan Wakil Bupati Berau, Gamalis dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) RI, Sandiaga Uno. Kali ini karyanya itu juga dikenakan oleh presiden RI.
Yustina yang merupakan salah satu pengrajin pakaian adat di Berau ini juga merupakan salah satu pelaku UMKM binaan Dekranasda Berau. Selama ini, ia aktif memproduksi kerajinan tangan khas adat dayak di Kampung Long Lanuk.
Kepada berauterkini.co.id, Yustina mengaku terharu sekaligus bangga. Sebab, karyanya semakin dikenal oleh kalangan luas. Apalagi, hasil olahan tangannya digunakan oleh orang nomor satu di Republik Indonesia.
“Saya sangat bangga. Terharu, anak daerah bisa berkarya untuk bangsa,” kata Yustina, Jumat (27/9/2024).
Ia bercerita, bila dirinya mendapatkan kesempatan membuatkan pakaian adat untuk Presiden Jokowi dari Ketua Dekranasda Berau, Sri Aslinda Gamalis. Tokoh perempuan daerah yang memiliki konsentrasi untuk pengembangan UMKM di Berau.
Pesanan itu diterimanya, sekira dua hari sebelum kedatangan Jokowi. Ia mengaku, diminta untuk membuat sepasang baju adat. Untuk Presiden Jokowi dan Ibu negara, Iriana Joko Widodo.
Kendati hanya Jokowi yang hadir, sepasang baju adat itu tetap diberikan ke presiden, untuk kenang-kenangan bagi Iriana Joko Widodo.
“Dipesan sepasang. Kami dikabari, untuk dibuatkan dua baju adat, untuk ibu presiden juga,” ungkapnya.
Kerja kerasnya selama lima tahun belakangan ini dalam menggeluti dunia usaha kerajinan tangan daerah, berbuah manis. Kini ia mengaku usahanya sudah semakin berkembang.
Tangan ajaibnya kerap diminta membuatkan pesanan dalam jumlah yang besar. Teranyar, dalam penampilan tarian kolosal dayak Ga’ai, pada momen hari jadi Berau beberapa waktu lalu, juga hasil karyanya.
Selain itu, ia juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan kerajinan tangannya pada momen Berau EXPO 2024 lalu. Yang disiapkan langsung oleh Dekranasda Berau.
Perkembangan usahanya itu, tak lepas dari kepedulian pemerintah dalam mengembangan potensi UMKM di daerah.
“Saya sangat berterima kasih kepada semua pihak, ini tidak bisa saya lakukan sendiri tanpa bantuan pemerintah dan perusahaan,” tutur dia.
Kini usaha Yustina mampu mempekerjakan sebanyak 15 orang di rumah kerajinan tangan miliknya sendiri, di Kampung Long Lanuk. Bahkan kini ia berhasil mengumpulkan omzet puluhan hingga ratusan juta dalam kurun satu tahun belakangan ini.
Ia berharap, perkembangan usahanya ini dapat dirasakan oleh banyak pelaku UMKM lainnya di Berau. Sehingga dapat mengambil peran penting dalam pertumbuhan ekonomi di Bumi Batiwakkal.
“Kami tak sungkan menerima pelaku UMKM yang mau belajar bersama kami, kami ada untuk Berau juga,” ucap dia.
Sementara itu, Kepala Kampung (Kakam) Long Lanuk, Solaiman, menerangkan bahwa pihaknya mendukung penuh pengembangan UMKM di kampungnya.
Ia mengenal baik Yustina. Ia anggap sebagai perempuan tangguh yang terus berinovasi dalam mengembangkan usahanya.
Saat ini, Kampung Long Lanuk dijadikan percontohan untuk para pengrajin di daerah hingga pulau Jawa. Dalam kunjungan itu, pihaknya memperlihatkan mulai dari proses pencarian bahan hingga pembuatan baju adat.
“UMKM kami sudah mulai maju, semoga ini menjadi kabar baik untuk warga Berau,” ucap Solaiman.
Ke depan, pihaknya juga akan mengembangan usaha batik lokal khas Long Lanuk. Menggunakan teknologi terbarukan, dari ecoprint. Nantinya dapat dijadikan cinderamata bagi para pelancong yang berkunjung ke Bumi Batiwakkal.
“Kami akan anggarkan itu lewat penggunaan dana ADK dan retribusi lainnya yang kami kelola di kampung,” bebernya. (*)