Reporter : Hendra Irawan
|
Editor : Suriansyah

TANJUNG REDEB – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) agaknya semakin marak di wilayah Kabupaten Berau. Ini membuat kabut asap mulai terdeteksi pada Rabu (18/9/2024) pukul 11.00 Wita dengan jarak pandang mendatar 4.000 meter.

Seperti dijelaskan Forecaster Stasiun Balai Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kalimarau, Reygik, yang mengatakan kabut asap tersebut diduga berasal dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di “Bumi Batiwakkal”.

“Untuk asap yang teramati sekarang masih dari lokal (wilayah Berau). Sementara, belum ada terdeteksi asap kiriman,” terangnya, Rabu (18/9/2024).

Selain kabut asap, berdasarkan pengamatan di Stasiun Meteorologi Kalimarau Berau, dalam 3 hari terakhir, suhu udara maksimum tercatat berkisar antara 34-35°C, kecepatan angin maksimum mencapai 27 kilometer/jam dan tidak ada hujan selama 7 hari berturut-turut.

19A KARHUTLA 3
KHAWATIR : Salah satu kasus karhutla yang terjadi di “Bumi Batiwakkal, terbilang tidak terlalu jauh dari permukiman warga. Tampak sebagian warga sekitar menyaksikan seakan mengamati gejolak api yang dikhawatirkan semakin mendekati huniannya. (foto: hendra)

Adapun dari pantauan satelit pada hari Selasa (17/9/2024) pukul 01.00 hingga 24.00 Wita, sebaran titik panas di Kabupaten Berau mencapai 186 titik panas.

Semua tersebar di Kecamatan Pulau Derawan (76 titik panas), Sambaliung (45 titik panas), Segah (11 titik panas), Tabalar (1 titik panas), Talisayan (9 titik panas).

Selain itu di kawasan Teluk Bayur (12 titik panas), Batu Putih (5 titik panas), Biatan (4 titik panas), Biduk-Biduk (5 titik panas), Gunung Tabur (16 titik panas), dan Kecamatan Kelay (2 titik panas).

Dijelaskannya, untuk prospek ke depan terhadap kemunculan titik panas dan asap masih perlu diwaspadai. Berdasarkan prakiraan angin lapisan 3.000 Feet, menunjukan arah angin bertiup dari selatan dengan kecepatan hingga 40 kilometer/jam.

19A KARHUTLA 2

“Dari informasi, potensi karhutla (Fine Fuel Moisture Code) di wilayah Kabupaten Berau, berpotensi sangat mudah terjadi karhutla (very high) pada tanggal 18 dan 19 September 2024,” jelas Reygik.

Kondisi suhu udara yang tinggi, jelasnya lagi, angin kencang, sebaran titik panas yang signifikan serta asap yang mulai teramati, harus menjadi perhatian bersama seluruh lapisan masyarakat, agar potensi kebakaran tidak semakin meluas dan kekaburan atmosfer akibat asap tidak semakin parah.

Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar tidak melakukan pembakaran lahan untuk membuka area pertanian atau perkebunan, karena hal itu dapat memicu karhutla di sekitarnya, menimbulkan polusi udara dan menambah ketebalan asap.

“Jika melihat tanda-tanda kepulan asap yang membubung tinggi atau bahkan ada kobaran api, segera laporkan ke aparat terkait atau pemadam kebakaran terdekat, untuk penanganan lebih lanjut,” saran Reygik. (*)