Reporter : Sulaiman
|
Editor : Sulaiman

TANJUNG REDEB – Bendera hingga umbul-umbul berwarna kuning memenuhi setiap sudut jalan di pusat kota Berau, Tanjung Redeb. Pertanda setiap warga sedang menyemarakkan hari lahir ke 71 Bumi Batiwakkal (nama lain Berau), pada Minggu (15/9/2024). Warna kuning identitas “Bumi Batiwakkal”.

Warna kuning pekat itu, nampak dominan dari hiasan aula utama GOR Pemuda, Tanjung Redeb, lokasi digelarnya acara perayaan Hari Jadi Kabupaten Berau sekaligus ke 214 Tanjung Redeb.

Menerangkan warna keagungan kerajaan Berau itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Berau, Ilyas Natsir, mengatakan bila warna kuning telah melekat dari lahirnya daerah Berau sejak 1956 silam.

Kala itu, warna kuning menjadi warna khas dari Kerajaan Gunung Tabur dan Kerajaan Sambaliung.

“Ini warna keagungan kerajaan. Kita harus bangga dengan identitas ini,” kata Ilyas, ditemui awak media usai upacara.

Selain warna keagungan, warna kuning dianggap menjadi simbol warna dari sikap yang adil dan bijaksana.

Saat itu, raja pertama yang memerintah pada 1400-1432 lalu, Baddit Dipattung, dengan gelar Aji Raden Surya Nata Kesuma, berhasil meningkatkan kesejahteraan di tengah masyarakat “Bumi Batiwakkal”.

“Warna ini punya sejarah panjang, hingga berdirinya Berau saat ini,” ungkapnya.

Diterangkan, bahwa warna kuning tersebut melambangkan warna sejati dari keistimewaan Berau yang hidup rukun lewat dua kesultanan yang berdiri hingga saat ini.

Sehingga kemanapun identitas tersebut dibawa, setiap warga “Bumi Batiwakkal” akan melekat dengan nama Berau.

“Ini melekat dengan Berau,” ujarnya.

Ilyas menjelaskan, bahwa keberagaman suku budaya di Berau dapat dipersatukan dengan warna kuning tersebut.

Dengan satu warna saja, sudah dapat menerangkan kemajemukan karakter, suku, budaya dan bahasa di “Bumi Batiwakkal”.

“Berangkat dari sana, pemersatu segala golongan, ya warna kuning ini, dari berbagai macam suku bangsa,” tuturnya. (*)