Reporter : Redaksi
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB,- Sejarah Kabupaten Berau menjadi hal yang menarik untuk dipelajari. Kabupaten Berau merupakan salah satu wilayah administratif yang berada di Provinsi Kalimantan Timur. Ibukota kabupaten ini terletak di Tanjung Redeb. Ini adalah sebuah kota yang menjadi pusat pemerintahan dan aktivitas masyarakat.

Kabupaten Berau terdiri dari 13 Kecamatan dengan 100 Desa. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2023, jumlah penduduk yang mendiami kabupaten ini tercatat sebanyak 285.293 jiwa.

tanjung redeb udara scaled
Tampak udara Kecamatan Tanjung Redeb yang menjadi Ibu kota Kabupaten Berau. (Foto: ist)

Kesultanan Berau Sebagai Cikal Bakal Kabupaten Berau

Sejarah Kabupaten Berau tidak lepas dari peran penting Kesultanan Berau, yang didirikan sekitar abad ke-14. Kesultanan ini dipimpin oleh Raja pertama yang bernama Aji Raden Suryanata Kesuma, yang memerintah dengan bijaksana dan adil dari tahun 1400 hingga 1432.

Di bawah kepemimpinannya, Kesultanan Berau berhasil menyatukan berbagai pemukiman yang dikenal sebagai Banua, antara lain Banua Merancang, Banua Pantai, Banua Kuran, Banua Rantau Buyut, dan Banua Rantau Sewakung. Pusat pemerintahan pada masa itu berlokasi di Sungai Lati, yang sekarang telah berubah menjadi area pertambangan batu bara oleh PT. Berau Coal.

Aji Raden Suryanata Kesuma dikenal sebagai seorang pemimpin yang disegani, baik oleh kawan maupun lawan, karena wibawanya yang tinggi. Untuk menghormati jasanya, pemerintah telah mengabadikan namanya sebagai Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma, yang merupakan bagian dari Rayon Militer Kodam VI/TPR. Setelah wafatnya Aji Raden Suryanata Kesuma, pemerintahan Kesultanan Berau diteruskan oleh keturunannya hingga sekitar abad ke-17.

KOREN 091
Nama dari Korem 091 Aji Raden Surya Nata Kesuma, gunakan nama Raja pertama Berau

Kesultanan Berau Terpecah Menjadi Dua

Pada awal abad ke-18, bangsa Belanda mulai memasuki wilayah Kesultanan Berau dengan kedok sebagai pedagang di bawah bendera VOC. Namun, menurut sejarah Berau, kehadiran Belanda ini tidak sekadar berdagang, melainkan mereka juga menerapkan politik adu domba (De Vide Et Impera) yang berhasil memecah belah Kesultanan Berau menjadi Kesultanan Gunung Tabur dan Sambaliung.

Di masa yang sama, ajaran agama Islam mulai masuk ke wilayah Berau yang dibawa oleh seorang ulama bernama Imam Sambuayan, dengan pusat penyebarannya di sekitar Sukan. Raja Alam yang juga dikenal sebagai Alimuddin adalah Sultan pertama di Kesultanan Sambaliung. Beliau memerintah kasultanan tersebut dari periode 1800 – 1852.

Raja Alam dikenal sebagai seorang pemimpin yang tegas dalam melawan penjajahan Belanda. Karena keberaniannya itu, untuk menghormati Raja Alam, namanya selanjutnya dijadikan sebagai Batalyon 613 Raja Alam.

Kesultanan Gunung Tabur, di sisi lain, dipimpin oleh Sultan Muhammad Zainal Abidin sebagai sultan pertama pada tahun 1800-1833. Selanjutnya kepemimpinan kesultanan diteruskan oleh keturunan Sultan Muhammad sampai Sultn Achmad Maulana. Aji Raden Muhammad Ayub merupakan sultan terakhir di Kesultanan Gunung Tabur karena selanjutnya bergabung menjadi wilayah Kabupaten Berau.

Perubahan Dari Daerah Istimewa ke Kabupaten Berau

Sultan Muhammad Amminuddin yang merupakan keturunan Raja Alam dipercaya menjadi Kepala Daerah Iatimewa Berau. Masa pemerintahan beliau berakhir sampai muncul peraturan perubahan dari Daerah Istimewa ke Kabupaten Dati II Berau yakni UU Darurat 1953. Waktu penerbitan UU tersebut ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Berau. Tentu saja momen ini menjadi bagian penting dari Sejarah Kabupaten Berau.