Reporter : Redaksi
|
Editor : Syaifuddin Zuhrie

TANJUNG REDEB,- Kesultanan Sambaliung merupakan salah satu Kerajaan yang ada di Kalimantan Timur berdiri sejak tahun 1810. Wilayah Kesultanan Sambaliung untuk sekarang ini berubah menjadi kecamatan Sambaliung, Kabupaten Berau.

Setelah berdiri lebih dari satu setengah abad, riwayat dari Kesultanan Sambaliung berakhir di tahun 1960. Saat wilayahnya digabungkan bersama dengan wilayah Gunung Tabur untuk menjadi menjadi Kabupaten Berau.

Sejarah Berdirinya Kesultanan Sambaliung

Sejarah dari berdirinya Kesultanan Sambaliung karena adanya pecahan dari kerajaan Berau yang sudah ada dari abad ke-14 sampai abad ke-19 dan di tahun 1849 baru menjadi Sambaliung. Sultan pertama kali dari Kesultanan Sambaliung bernama Raja Alam yang bergelar Sultan Alimuddin dimana Ia memerintah dari tahun 1810.

Prasasti Keraton Sambaliung
Prasasti peninggalan kesultanan Sambaliung bertuliskan aksana bugis. (Foto: int)

Perjuangan Melawan Belanda

Pemimpin dari Kesultanan Sambaliung pertama adalah Sultan Alimuddin yang merupakan seorang pejuang gigih dalam menentang pemerintahan Belanda. Sultan Alimuddin membentuk sebuah persekutuan dengan para pejuang dari Bugis, Makassar,  kemudian mereka membangun sebuah benteng terkuat yang ada di Batu Putih Tanjung Mangkalihat.

Menurut sejarahnya, agar dapat menghadapi Sultan Alimuddin, maka Belanda sudah siap siaga dengan anggota angkatan laut sejak dari April 1834. Belanda lalu melakukan penyerangan ke Kesultanan Sambaliung dengan dalih mengadukan Aji Kuning II yang merupakan raja Gunung Tabur .Dimana mereka melaporkan jika Sultan Alimuddin beserta sekutunya sering mengganggu keamanan perairan di Kalimantan Timur dengan cara melakukan pembajakan kapal Belanda.

Adanya kebohongan dari Belanda ini membuat Sultan Alimuddin ditahan sampai diasingkan ke kota Makassar. Belanda melakukan perjanjian dengan Kesultanan Gunung Tabur di tanggal 27 September 1834 yang isinya adalah menyerahkan pengelolaan Sambaliung.

Hal tersebut dapat memicu kemarahan rakyat, sampai akhirnya Sultan Alimuddin dikembalikan ke Sambaliung di tanggal 24 Juni 1837. Perlawanan kepada Belanda juga kembali dilakukan di masa pemerintahan para raja setelah Sultan Alimuddin yang dibantu para pejuang Bugis Sulu.

meriam keraton Sambaliung
Meriam keraton Sambaliung yang digunakan melawan Belanda. (Foto: ist)

Peninggalan di Masa Kesultanan Sambaliung

Peninggalan di masa Kesultanan Sambaliung adalah keraton Sambaliung yang sekarang ini dijadikan sebagai tempat wisata Sambaliung yang ada di tepi Sungai Kelay. Sekarang ini, bangunan tersebut menjadi sebuah museum yang menyimpan peninggalan dari sejarah Kesultanan Sambaliung.

Salah satunya adalah tiang yang terbuat dari kayu ulin dengan ukiran aksara Bugis yang diletakkan di depan museum. Benda tersebut menjadi peninggalan dari pengikut Kerajaan suku Bugis. Ukiran tersebut berisi berbagai aturan untuk para rakyat yang akan melewati istana.

Keadaan Ekonomi dan Sosial

Wilayah Sambaliung adalah sebuah kawasan yang memiliki banyak sekali sumber daya alam berupa hutan, pertanian, perkebunan dan perikanan. Oleh sebab itu, sejak dari zaman dahulu masyarakat sudah memiliki mata pencaharian dalam bidang tersebut.

Bukan hanya itu Kesultanan Sambaliung sudah mempunyai banyak sekali pendatang sehingga tidak menjadi sesuatu yang mengherankan bila sejak periode dari Sultan Alimuddin rakyatnya dati berbagai macam suka. (*)