JAKARTA – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mendukung pembukaan prodi pariwisata di perguruan tinggi.
Sandiaga mengajak perguruan tinggi untuk menjadi agen perubahan di industri pariwisata. Hal tersebut diungkapkan oleh Sandiaga pada peluncuran program studi pariwisata Universitas Budi Luhur (UBL).
“Hari ini adalah momen bersejarah bagi Universitas Budi Luhur terutama terkait dengan perannya dalam menghasilkan sumber daya manusia di bidang pariwisata dengan dibukanya Program Studi Pariwisata,” kata Sandiaga seperti dikutip Berauterkini dari tribunnews.com
Program studi ini dibuka pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UBL.
Mengusung tagline “Kuliah Jalan-Jalan, Lulus Jadi Ahli”, prodi Pariwisata menawarkan tiga peminatan utama yakni Manajemen Travel, Ekowisata dan Industri Pariwisata.
Rektor UBL Prof Dr. Agus Setyo Budi, M.SC mengatakan sektor pariwisata di Indonesia perlu digarap lebih serius lagi.
Menurutnya, potensi keindahan alam dan ragam budaya yang sedemikian kaya di Indonesia belum mampu mendatangkan wisatawan sesuai harapan.
Sebagai contoh, Rektor membandingkan antara destinasi wisata Phuket di Thailand dengan pulau dewata Bali.
“Di Bali, wisata apa saja ada. Laut, gunung dan pusat hiburan semua ada. Tetapi mengapa jumlah wisatawannya jauh lebih kecil dibanding Phuket yang hanya menawarkan pantai? Ini ada apa?” katanya.
Selain itu, kunjungan wisatawan ke Indonesia yang durasinya lebih cepat juga menjadi catatan penting yang perlu diperhatikan oleh pelaku industri pariwisata.
Dirinya mengungkapkan adanya pengalaman kurang menyenangkan yang dialami wisatawan, meski itu hal yang boleh dibilang sangat sepele, akan membuat wisatawan kurang nyaman berkunjung ke Indonesia.
“Hal sepele, hal kecil namun dampaknya luar biasa,” ucap Prof Agus.
Pihaknya berupaya membenahi hal-hal yang diperlukan pada sektor pariwisata dengan melahirkan SDM pariwisata yang handal dan profesional.
“Kami berkolaborasi dengan asosiasi, pemerintah baik pusat maupun daerah juga pelaku industri pariwisata yang ada. Tanpa kolaborasi, mustahil kerja kami bisa optimal hasilnya,” ucapnya.
Sementara itu, Dekan FEB UBL Selamet Riyadi mengatakan prodi ini memberikan penekanan pada kajian dan analisis mendalam terkait berbagai aspek pariwisata.
“Namun demikian, program ini tetap memadukan teori dengan praktek, dengan rasio 60:40 sehingga para mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan mereka secara langsung di lapangan,” tegasnya.
Menurut kebutuhan SDM pariwisata di Indonesia yang masih sangat tinggi.
Indonesia membutuhkan sekitar 300 ribu tour leader.
“Sedang kita baru ada sekitar 1.200 tour leader dimana hanya 900-an saja yang memiliki sertikat kompetensi,” jelasnya. (*)