Foto: Lahan pertanian Jagung di Kampung Eka Sapta, Kecamatan Talisayan
TANJUNG REDEB, – Menjadi kabupaten penghasil jagung terbesar di Kalimantan Timur menyebabkan jagung Berau banyak dijual kepada pembeli luar daerah. Akibatnya, pasokan jagung untuk kebutuhan lokal jadi terbatas, dan justru peternak berau harus membeli jagung dari luar untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Kondisi ini menjadi perhatian Wakil Ketua II DPRD Berau Ahmad Rifai, menurutnya pemerintah daerah sudah seharusnya melakukan pembatasan untuk penjualan ke luar berau dan fokus memenuhi kebutuhan pasar lokal berau.
Menyikapi pernyataan Wakil Ketua II DPRD Berau itu, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Berau mengaku tidak bisa membatasi pembeli dari luar daerah untuk membeli jagung di Kabupaten Berau.
Sebab, sejak awal pengembangan jagung di Berau, banyak pembeli dari kalangan peternak di Berau lebih memilih jagung dari luar daerah.
“Memang kalau untuk pembatasan saya kira itu tidak bisa dilakukan. Karena awalnya, peternak lokal tidak ada yang mau beli jagung,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan peternakan Berau, Mustakim Suharja, Jumat (25/3/2022).
Diterangkannya, untuk memenuhi kebutuhan peternak lokal, pihaknya juga sudah mulai melakukan pengembangan jagung di wilayah Tabalar. Memang kata dia, untuk pembelian jagung sendiri berdasarkan kepercayaan.
Apalagi, dalam jual beli jagung di Berau, lebih mengarah kepada kepercayaan. Sebab kata dia, penjual akan lebih memilih pembeli yang memiliki keuangan yang bagus. Dalam artian, ketika menjual jagung, petani mengutamakan pembayaran tunai dari pembeli.
“Karena perdagangan ini, juga berkaitan dengan sistem kepercayaan. Apalagi, banyak peternak lokal ini kan keuangannya tidak sekuat peternak luar, dan mungkin harganya yang ditawarkan juga lebih bagus,” terangnya.
Belum lagi kata dia, persoalan lainnya yakni, peternak meminta kepada petani harus menyiapkan jagung setiap hari. Sementara panen jagung tidak setiap hari. Kemudian, ketika panen petani ingin jagung yang dihasilkan harus habis.
“Ini yang titik temunya belum ada. Mengenai hal itu sebenarnya Berau perlu broker atau penyangga. Jadi ketika panen, jagung petani dibeli semua. Sementara, saat ini itu belum ada,” tutupnya. (*)
Editor: Rengkuh